SURABAYA, HKS-News.com
Program Madagaskar (Masyarakat dan Keluarga Siaga Kebakaran) yang terus digalakkan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, rupanya berhasil menekan terjadinya kebakaran di lingkungan rumah tangga. Seperti salah satunya di wilayah RW 2, Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya.
Bahkan, tingginya kesadaran warga terhadap pentingnya mitigasi bencana, membuat RW 2 Wonorejo Surabaya ditetapkan sebagai 5 besar pilot project nasional Gerakan Keluarga Sehat Tanggap dan Tangguh Bencana (GKSTTB).
Ketua RW 2, Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, Muhammad Ilyas Dwi Darmanto mengungkapkan, awalnya program Madagaskar kurang mendapat perhatian dari warga. Namun pada akhirnya, mereka menyadari jika program ini sangat penting dalam mencegah terjadinya kebakaran.
“Pengurus RT yang awal-awal mungkin, (Program Madagaskar) itu untuk apa? Tapi setelah diedukasi dinas-dinas terkait, bahwa memang hal ini sangat bermanfaat bagi warga,” kata Ilyas di Balai RW 2 Kelurahan Wonorejo, Rungkut Surabaya, Selasa (304/4/2024).
Ilyas menyebut jika edukasi dan pelatihan program Madagaskar yang digalakkan pemkot di wilayahnya, tak hanya menyasar orang tua maupun kader PKK. Namun juga menyasar di kalangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), hingga para remaja. “Insyaallah warga di RW 2 sudah mendapat manfaatnya, baik langsung maupun tidak langsung,” ungkap Ilyas.
Menurut dia, hingga saat ini edukasi maupun pelatihan tanggap bencana di wilayahnya masih intens digalakkan oleh Pemkot Surabaya. Bahkan, ilmu tanggap bencana yang sudah didapat oleh kader PKK, juga ditularkan kepada warga di sekitarnya.
“Dari PKK mendatangi setiap rumah untuk memberikan edukasi kilat yang mereka dapatkan dari pelatihan-pelatihan. Jadi bila ada terjadi kebakaran di rumah, itu apa yang harus dilakukan (warga),” sebutnya.
Karena itu, Ilyas mengucapkan terima kasih kepada Pemkot Surabaya atas perhatian terhadap keselamatan warga. Baginya, selama ini pemkot tidak pernah bosan memikirkan keselamatan warga terutama dalam meningkatkan kesadaran terhadap tanggap bencana.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Pemkot Surabaya yang tidak bosan-bosan dan selalu memikirkan kebutuhan warganya. Utamanya bagi keselamatan warga yang ada di Surabaya dan khususnya kami di RW 2 Kelurahan Wonorejo,” tuturnya.
Di tempat yang sama, warga RT 6, RW 2, Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut Surabaya, Sri Harini mengakui, bahwa Pemkot Surabaya intens memberikan simulasi dan pelatihan tanggap bencana di wilayahnya. “Jadi semua warga RW 2 itu sudah pernah mengikuti simulasi pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana alam,” kata Sri Harini.
Sri Harini yang juga aktif sebagai Kader PKK itu menilai banyak manfaat yang dapat dirasakan warga dalam program Madagaskar. Seperti di antaranya, warga menjadi lebih care dan tanggap terhadap mitigasi bencana.
“Akhirnya saling mengingatkan. Misal kalau ke luar rumah, jangan lupa dimatikan kompornya, jangan lupa setrika dicabut dan sebagainya. Hal-hal kecil yang seperti itu bagi kami sangat bagus sekali, karena dengan begitu warga menjadi tanggap akan bahaya kebakaran,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, Sri Harini juga menyebut jika warga di wilayahnya kini menjadi lebih sigap akan terjadinya potensi bencana kebakaran. Warga di sana pun tidak cepat panik ketika muncul potensi akan terjadinya kebakaran.
“Jadi tidak cepat panik kalau kita menghadapi api di dapur atau lupa menghangatkan makanan timbul api. Itu membuat kita tidak panik, karena sudah tahu cara mengatasinya,” ujarnya.
Sementara itu, Lurah Wonorejo, Kecamatan Rungkut Surabaya, Ari Handini menjelaskan, bahwa wilayahnya menjadi salah satu pilot project GKSTTB tingkat nasional. Selama ini banyak kegiatan yang sudah dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait mitigasi bencana.
“Adapun kegiatan itu mulai dari simulasi, sosialisasi hingga pelatihan terhadap mitigasi bencana, baik kebakaran maupun bencana lain seperti gempa bumi,” kata Ari Handini.
Lebih dari itu, Ari menyebut, di setiap RT/RW di wilayahnya, kini telah dilengkapi dengan APAR (Alat Pemadam Api Ringan). Ini sebagai langkah awal untuk mencegah api membesar di tiga menit pertama saat terjadi peristiwa kebakaran.
“Di wilayah kita juga dilengkapi tanda-tanda titik kumpul, jalur evakuasi di masing-masing RW, serta ada juga bantuan CSR berupa kotak P3K untuk mendukung sarana dan prasarana,” terangnya.
Ari mengakui, selama ini pihaknya intens melakukan sosialisasi tanggap bencana kebakaran kepada warga secara door to door. Kegiatan sosialisasi itu juga dibantu kader PKK di wilayah setempat. “Di situ peran kader PKK sangat penting, karena kader PKK ini sebagai ujung tombak di masyarakat,” ujarnya.
Menurut dia, dengan adanya program Madagaskar, peristiwa kebakaran di wilayahnya terus menurun. Bahkan, di tiga menit pertama ketika terjadi kebakaran, api sudah bisa dipadamkan warga sebelum petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) tiba di lokasi.
“Jadi dampak dari pelatihan yang sudah dilakukan itu respon masyarakat lebih cepat, yaitu tiga menit pertama terhadap kebakaran. Karena response time dari Dinas Pemadam tujuh menit. Jadi sebelum Dinas Pemadam datang, api sudah dapat dipadamkan,” pungkas dia. (Faiz)