SURABAYA, HKS-News.com – Asam lambung dan gerd mungkin tidak terdengar asing. Namun, masih banyak masyarakat yang menganggap keduanya adalah sama. Meski sama-sama gangguan pada organ pencernaan, asam lambung dan gerd memiliki perbedaan pada gejala dan penyebabnya.

Konsultan Khusus Penyakit Lambung dan Liver Prof Muhammad Miftahussurur dr Sp PD-KGEH PhD menerangkan, Gerd dan asam lambung sebenarnya saling berhubungan. Penyebab asam lambung adalah bakteri, pengaruh obat-obatan, atau gaya hidup dan pola diet.

“Namun, sebagian besar gerd disebabkan oleh kadar asam pada sel-sel dinding lambung yang naik, dari lambung ke kerongkongan,” tambahnya.

Beda Gejala Gerd dan Asam Lambung


Perbedaan gerd dan asam lambung juga tampak dari gejalanya. Gejala pada gerd dapat berupa gejala intestinal maupun di luar intestinal. “Gejala intestinal dapat berupa mual, panas, dan nyeri di dada. Di luar itu, dapat terasa sesak, asma, dan bisa juga berupa gigi kuning hingga rasa pahit di mulut,” jelas Prof Miftah.

Sedangkan pada asam lambung, gejala yang kerap dirasakan umumnya rasa tidak nyaman pada bagian perut. “Pada asam lambung, biasa berupa kembung, nyeri perut, mudah merasa penuh, dan sebagainya,” ungkapnya.

Tips Jaga Kesehatan Lambung


Konsumsi obat-obatan seperti antasida atau golongan proto pump mungkin dapat menjadi solusi ketika penderita mengalami kambuh. Namun, jika dikonsumsi secara berkala dikhawatirkan akan memicu reborn effect. Yakni, efek balik yang lebih tinggi dari kondisi sebelum mengonsumsi.

Karena itu, ada baiknya bagi seorang penderita gerd dan asam lambung untuk mencegah kekambuhan. Menjaga kesehatan lambung dengan mengatur pola hidup dan pola makan yang sehat sangat dianjurkan.
“Sehari-hari bisa melalui pola hidup yang baik, makan yang teratur, dan menghindari konsumsi obat yang dapat merangsang produksi asam berlebih atau yang menghilangkan cairan pelindung lambung, yaitu cairan mukus,” katanya.

Selain itu, Prof Miftah menyarankan tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, mengatur waktu makan dan waktu tidur. Misalnya dengan tidak makan selama dua jam sebelum tidur. Karena, makanan yang belum selesai dicerna berpotensi kembali naik ke atas.

“Karena saat tidur, tidak ada pengaruh gaya gravitasi yang membawa makanan untuk mengosongkan lambung ke usus halus. Nanti, makanan yang ada di lambung kembali ke atas. Karena, posisi tenggorokan dan lambung pada saat tidur menjadi sejajar,” ujarnya.

Kedua, hindari memakai pakaian yang terlalu ketat. Dengan tidak menggunakan pakaian yang ketat, akan mengurangi tekanan pada lambung. Makanan di lambung tidak kembali naik dan lebih mudah dicerna. Karena, tekanan lambung tidak terlalu tinggi.

Terakhir, Prof Miftah menganjurkan untuk melakukan buang air besar (BAB) secara rutin setiap hari. “Pengosongan usus besar akan menurunkan tekanan di daerah hilir,” ungkapnya.

Ia juga menekankan, jika melalui poin-poin di atas tidak mengurangi keluhan pada lambung, bersegeralah konsultasi dengan dokter. Sehingga akan mendapat penanganan yang lebih cepat dan tepat.(Wahyu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *