SURABAYA, HKS-News.com|
Cerita perkenalan Prof dr Muhammad Miftahussurur SpPD MKes PhD dengan D’Professor Band bermula saat dirinya sepulang dari Negeri Paman Sam, Amerika Serikat. Selesai menamatkan pendidikannya di Baylor College of Medicine, Texas, USA, ia melihat pentas D’professor band di sebuah acara kampus.
Pentas itulah yang kemudian menuntun Prof Miftah untuk memiliki keinginan serta kebanggan jika bergabung dengan D’Professor. Baginya, pentas para seniornya tersebut mengandung segudang makna dan pesan yang tersirat sangat kuat. Bahwa menjadi senior dan meraih jabatan tertinggi dosen sebagai Guru Besar bukan menjadi titik finis bagi seseorang untuk terus berkarya.
“Dulu, saat masih jadi dosen, sepulang dari Amerika, saya melihat pentas D’Professor. Dari situlah, muncul keinginan untuk bergabung,” ujarnya.
Bagi Guru Besar Fakultas
Kedokteran (FK) Unair itu, menyanyi merupakan salah satu hal yang sangat dirinya senangi. Sehingga D’Professor menjadi wadah yang cocok untuknya menyalurkan minat serta kesukaanya tersebut.
“Meski tak terlalu terampil memainkan alat musik, saya sangat seneng menyanyi,” ucapnya.
Inspirasi D’Professor Band
Prof Miftah melanjutkan, kehadiran D’Professor itu membuka cakrawala inspirasi yang sangat berpengaruh. Bagaimana tidak, kebanyakan anggota band merupakan Guru Besar yang memiliki agenda kesibukan yang sangat padat. Banyak di antara mereka mengemban jabatan struktural di lembaga publik, pemerintah, hingga non-pemerintah.
“Tapi, di D’Professor band memiliki semangatnya sama. Dengan kesibukan, kita masih mau kumpul untuk membahas sesuatu yang bersifat tidak ilmiah saja,” katanya.
Pengoptimalan pada setiap apa yang dikerjakan tampak menjadi nilai yang tersirat ingin dibagikan oleh para anggota band. Seperti halnya yang dipraktikan oleh anggota D’Professor dengan segudang kesibukannya masing-masing.
Prof Miftah mencontohkan Prof Dr dr Widodo Ario Kentjono SpTHT BKL Subsp Onk (K), founder dan ketua D’Professor, juga menjadi rektor Universitas Wijaya Kusuma (UWKS). Lalu, Prof Dr Drmed Paul Tahalele dr SpB Sp BTKV(K) FICS sebagai Dekan FK Universitas Widya Mandala (UWM).
Ada pula mereka yang menjabat sebagai direktur. Misalnya, Prof Dr Ir Endang Dewi Marsithah MP selaku Direktur SDM Unair dan Prof Dr dr Gadis Meinar Sari MKes, Direktur LPPM Unair. Juga, Prof Dr dr Nasronudin Sp PD K-PTI FINASIM, direktur RSUA, serta Prof Dr dr Afif Nurul Hidayati Sp DVE Subs Ven FINSDV FAADV, wakil direktur RSUA.
Selain itu, Prof Dr Med Vet Fedik Abdul Rantam DVM sebagai motor Vaksin Merah Putih Unair. Juga di pemerintahan, ada Prof Dr dr Erwin Astha Triyono Sp PD-KPTI FINASIM sebagai Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur.
Hal itu pulalah yang juga menginpirasinya untuk turut mengambil peran agar mampu terus berkarya di mana pun. Mengingat, Prof Miftah juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Internasionalisasi, Digitalisasi, dan Informasi; mengajar; sebagai dokter; bahkan peneliti.
“Terkadang saya juga membatalkan agenda saya untuk dapat berkumpul di D’Professor,” kenangnya.
“Ini semua membuktikan, D’professor band itu sebenarnya memang dibesarkan dan dijiwai atas kecintaanya sebagai guru besar Unair. Walau duduk di posisi mana pun,” imbuhnya.
Tantangan
Bagi Prof Miftah, menjadi anggota band termuda dan Guru Besar junior di band memberikannya banyak pengalaman serta tantangan. Bagaimana tidak, mayoritas anggota band tergolong senior. Tentu minat serta karya genre musik band akan sedikit banyak terpengaruh. Sehingga banyak dinamika yang mendorong Prof Miftah harus bijak dalam bersikap.
Keragaman personel serta dinamika band itu pulalah yang mendorong Prof Miftah harus mampu beradaptasi dengan baik. Tak jarang, ia menjadi penjembatan dalam upaya memutuskan konsep pementasan band yang menaungi selera lama dan kekinian.
“Karakter dan kesibukan (anggota band, Red) berbeda-beda. Namun, kita semua tetap bersemangat untuk kumpul bersama. Bersemangat berkarya untuk alamater tercinta, Universitas Airlangga,” ungkapnya.(Yul)