SURABAYA, HKS-News.com|
‘Desak Anies’, sebuah kampanye dialogis yang dilaksanakan calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan, berakhir di gedung DBL Arena, Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Jawa Tiimur, Jumat (9/2/2024) malam.
Belasan ribu orang bersama-sama menyanyikan lagu ‘Buruh Tani’ yang biasa dinyanyikan para demonstran gerakan 1998.
‘Desak Anies’ di Surabaya adalah edisi ke-22 sejak dilangsungkan pertama kali pada Agustus 2023 di Jakarta, Anies tampil bersama calon wakil presiden Muhaimin Iskandar, yang sebelumnya menghadiri acara Slepet Imin di Malang pada siang hari.
Anies terkesan dengan antusiasme warga di Surabaya.
“Surabaya dahsyat. Ini rekor Desak Anies terbesar dalam sejarah. Belum pernah sebanyak ini dan belum pernah pendaftar sebanyak di Surabaya. Saya tadi dengar sebelum masuk ke sini. katanya pendaftar sampai 13.500 orang sebelum dihentikan,” katanya, disambut teriakan peserta kampanye.
Massa sudah mulai berdatangan sekitar pukul dua siang. Antrean terbentuk panjang dan tertib. Muhammad, seorang peserta dari Kabupaten Jember, membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 jam dalam antrean sebelum berhasil masuk dan duduk di tribun.
Anies mendengar informasi, enam ribu orang berada di ruang utama Desak Anies.
“Lalu di (lantai) bawah sekitar tiga ribu, dan di luar masih banyak yang menunggu,” terangnya.
Anies sendiri baru memasuki DBL Arena sekitar pukul 20.00 WIB. Ia tidak langsung masuk ke ruang utama, karena menyapa warga yang masih antre di luar dan berada di lantai bawah.
“Sapa dulu di bawah, sapa yang di luar. Yang di lantai bawah saya jelas pakai mikrofon. Yang di luar, saya tidak pakai mikrofon. Kita berbicara dengan lisan, berbicara dengan hati,” ujarnya.
Anies meminta kepada para pendukungnya untuk tidak takut bersuara.
“Demokrasi kita saat ini berada di ambang bahaya, karena rasa takut menguasai Republik ini. Ketika kita bicara demokrasi, maka dalam demokrasi pilarnya adalah trust, kepercayaan. Dalam sistem non demokrasi, pilarnya adalah rasa takut. Kalau ada rasa takut, maka sebenarnya kita tidak sedang berada dalam demokrasi. Dalam demokrasi ada kepercayaan dan perasaan merdeka. Sekarang ini kita merasakan takut itu ada. Banyak yang tidak berani mengungkapkan pandangannya,” paparnya.
Anies menyebut, rasa takut itu muncul karena negara tidak menjaga prinsip demokrasi.
“Karena itulah, maka kita berjuang lewat Pemilu ini untuk menyelamatkan demokrasi kita. Bahwa yang di sana mengatakan angkanya (angka survei, red) lebih tinggi, jangan pernah mendahului takdir Allah dan jangan pernah meremehkan aspirasi rakyat,” sambungnya.
Tanya jawab berlangsung relatif lebih singkat dibandingkan Desak Anies di kota lain, kurang lebih satu jam, karena Anies datang terlambat. Namun dia masih sempat dicecar sejumlah pertanyaan, termasuk dari sejarawan JJ Rizal.
Beberapa isu disinggung Anies, antara lain masalah industri penerbitan buku, laktasi bagi ibu dan bayi, isu pekerjaan dan pendidikan bagi penyandang disabilitas di pesantren, lapangan pekerjaan, dan penyelesaian tragedi Kanjuruhan. Ada salah satu peserta yang meminta Anies menggelar acara ‘Tagih Anies’ jika terpilih menjadi presiden.
Aan, seorang penyandang disabilitas meminta izin untuk memeluk Anies.
“Meskipun saya mengampanyekan kubu sebelah, hati saya cinta Pak Anies. Saya ingin peluk Pak Anies, saya ingin cium Pak Anies. Semoga Pak Anies diberikan umur panjang, semoga diberikan kesehatan,” pintahnya.
Sebelum mengakhiri acara kampanye, Anies dan Muhaimin menyanyikan lagu ‘Buruh Tani’ bersama belasan ribu peserta Desak Anies. Anies mengatakan, semua peserta datang membawa harapan.
“Pulangnya membawa perubahan,” pungkasnya.(Yul)