SURABAYA, HKS-News.com|
Luka bakar merupakan masalah serius yang membutuhkan perhatian khusus. Secara tidak sadar, banyak kejadian luka bakar, termasuk di Indonesia. Di Amerika Serikat, sekitar 2 juta orang menderita luka bakar setiap tahunnya, hingga menyebabkan sekitar 6.000 orang meninggal setiap tahunnya.
Indonesia masih belum memiliki data yang jelas terkait permasalahan luka bakar. Namun, RSUD Dr Soetomo Surabaya selama kurun waktu Januari 2019 hingga Desember 2021 mencatat kasus luka bakar yang terjadi sebanyak 260 kasus.
Fatalnya Luka Bakar
Dalam Pengukuhan Guru Besar Universitas Airlangga (Unair), yang berlangsung pada Rabu (27/12/2023) di Aula Garuda Mukti, Kampus MERR-C, Prof Dr Iswinarno Doso Saputro dr Sp BP-RE(K), menyampaikan gagasannya guna menangani isu luka bakar.
“Menurut Professor Djohansjah dalam bukunya, luka bakar bukan luka biasa. Luka bakar merupakan luka luar biasa karena merupakan trauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Luka bakar memerlukan penanganan khusus, bahkan hingga pasien dinyatakan sembuh,” jelas Prof Iswinarno.
Akibat luka bakar yang paling parah adalah terbentuknya kondisi kulit yang jelek. Sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman, nyeri, dan gangguan penampilan. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan, penderita merasa minder, kehilangan rasa percaya diri, bahkan terancam kehilangan pekerjaan dan kepastian masa depan yang tidak jelas.
Prof Iswinarno menyampaikan beberapa perubahan yang terjadi akibat luka bakar. Di antaranya adalah perubahan otot, tulang, dan glukosa, pengaruh pada kardiovaskular, paru-paru, ginjal, hati, kejiwaan, rasa nyeri, hingga pada kulit.
“Luka bakar, meski berhasil hidup, dia akan menderita suatu gangguan pada kulit yaitu parut hipertrofik. Hal tersebut, akan menyebabkan gangguan, baik pada penampilan, maupun pada fungsinya,” ucapnya.
Ragam Terapi
Terdapat beberapa pilihan terapi parut hipertropik akibat luka bakar. Di antaranya adalah recombinant growth hormone (rhGH), oksandrolon, terapi latihan fisik, serta silicone sheet dan pressure garment. Selain itu, dapat menggunakan injeksi intralesi dengan triamcinolone (TAC) dan fluorouracil (5-FU), sekretom, hingga laser therapy.
“Pemberian rnGH dapat mempercepat penutupan luka bakar dan penyembuhan lokasi donor pada anak-anak dan orang dewasa. Namun, kerugiannya adalah butuh monitoring ketat. Sedangkan, pemberian oksandrolon akan memberikan peningkatan massa tubuh tanpa lemak, kekuatan otot, dan pada anak-anak akan mempercepat pertumbuhan tinggi badan,” terangnya.
Saat ini, penggunaan sekretom sedang marak dilakukan. Sekretom terdiri dari sitokin, kemokin, dan growth factor yang dapat membentuk kolagen, memperbaiki kelainan pigmen dan tekstur scar.
Tidak hanya itu, terapi laser fraksional CO2 ablatif dan erbium:YAG (er:YAG) merupakan laser yang paling sering digunakan. Efek utama yang timbul adalah pengurangan ketebalan luka, peningkatan elastisitas bekas luka, hingga pengurangan nyeri dan pruritus.
“Perlu dibangun rumah sakit khusus untuk menangani kasus luka bakar dan luka pada umumnya, sebagai upaya meningkatkan pelayanan, penelitian, dan pendidikan dalam bidang luka bakar,” tutup Prof Iswinarno dalam pidatonya.(Yul)