SURABAYA, HKS-News.com|
Universitas Airlangga (Unair) kembali menggelar sidang pengukuhan guru besar baru. Sebanyak sembilan guru besar resmi menyandang jabatan akademik tertinggi seorang dosen. Rektor Unair, Prof Dr Mohammad Nasih SE MT Ak memimpin langsung sidang pengukuhan pada Rabu (27/12/2023), di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen Kampus MERR-C Unair.
Guru besar baru berasal dari berbagai bidang disiplin ilmu. Pada bidang kedokteran misalnya, guru besar yang dikukuhkan terdiri dari Prof Dr Gadis Meinar Sari dr MKes, Prof Dr Martono Tri Utomo dr SpA(K), Prof Dr Gondo Mastutik drh MKes, Prof Dr Margarita Maria Maramis dr SpKJ(K) FISCM, dan Prof Dr Iswinarno Doso Saputro dr SpBP-RE(K).
Kemudian, guru besar pada bidang kedokteran hewan dan kedokteran gigi yakni Prof Dr Hani Plumeriastuti drh MKes dan Prof Michael Josef K K drg MKes SpPros Subsp PKIKG(K). Sementara itu, guru besar bidang ekonomi dan bisnis serta sains dan teknologi masing-masing terdiri dari Prof Dr Nisful Laila SE MComm dan Prof Dr Sucipto Hariyanto DEA.
Awal Pengabdian
Prof Nasih dalam sambutannya mengucap syukur atas tambahan sembilan guru besar baru. Tambahan guru besar ini menjadi tanda bahwa Unair siap memberikan kontribusi lebih besar bagi bangsa dan negara.
“Tentu hari ini sangat membahagiakan karena kami optimis Unair akan lebih baik dan mampu berkontribusi lebih bagi bangsa dan negara,” ucapnya.
Selanjutnya, Prof Nasih berpesan pada para guru besar untuk terus mengabdi. Ia mengatakan bahwa pengukuhan ini bukanlah puncak dari perjalanan melainkan menjadi awal bagi pengabdian yang lebih besar.
Guru besar hanya akan menjadi sebuah gelar jika tanpa pengabdian dan pembelajaran yang berkelanjutan.
“Menjadi seorang guru besar adalah awal pengabdian. Tanpa pengabdian dan keberlanjutan ini, gelar guru besar hanya nama tanpa makna apa pun,” tuturnya.
Kontribusi dalam Pembelajaran
Prof Nasih juga menyampaikan bahwa para guru besar harus senantiasa mendorong terciptanya masyarakat terpelajar. Mengingat, tingkat kemampuan belajar masyarakat Indonesia masih tergolong rendah sehingga sulit mencapai kemajuan.
“Kelemahan masyarakat Indonesia itu salah satunya kemampuan belajar yang masih rendah. Pesaing kita sangat baik, tapi kita tidak bisa mengubah cara belajar ini,” kata guru besar FEB Unair itu.
Untuk itu, kehadiran para guru besar baru menjadi angin segar bagi iklim pendidikan di Indonesia. Para profesor baru harus berkontribusi dalam mendorong terciptanya masyarakat terdidik dan terpelajar.
“Maksud kita adalah para profesor harus mendorong untuk terus melakukan pembelajaran dan pembelajaran,” tegas Prof Nasih.
Pada akhir, Prof Nasih mengimbau agar para guru besar ini dapat segera kembali bergerak mengembangkan riset-riset selanjutnya. Ia berharap, sembilan guru besar ini dapat mengabdikan diri secara penuh dan memberikan kontribusi lebih besar bagi bangsa dan negara.
“Saya harap setelah pengukuhan ini langkahnya akan lebih cepat lagi, karyanya lebih baik lagi. Semoga bisa berkontribusi dan mengabdi lebih lagi bagi almamater, bangsa, dan negara,”