SURABAYA, hks-news.com|
Hari Asma Sedunia diperingati setiap hari Selasa pertama pada bulan Mei oleh Global Initiative for Asthma (GINA). Tahun ini, Hari Asma Sedunia jatuh pada Selasa, 2 Mei 2023.
Diperingati untuk meningkatkan kesadaran tentang asma, Hari Asma Sedunia 2023 mengangkat tema “Asthma Care For All”, seperti melansir GINAsthma.
Pesan dalam tema tersebut bertujuan untuk mempromosikan pengembangan dan implementasi pengendalian asma yang efektif di semua negara.
Bentuk pengendalian asma tentunya dapat dilakukan pada waktu-waktu asma rentan kambuh. Salah satunya, ketika pengidap asma ingin melakukan olahraga lari.
Menyadari masalah ini, seorang direktur medis di Twin Cities Marathon Minnesota, Amerika Serikat (AS), Bill Roberts mengungkap beberapa tips lari aman untuk pengidap asma.
1. Sesak atau Batuk Saat Lari, Pastikan Itu Asma
Ketika merasa sesak atau batuk-batuk saat lari, menurut Robert, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memastikan bahwa itu disebabkan oleh asma.
Sebab, sesak atau batuk belum tentu gara-gara asma. “Ada beberapa hal yang bisa menyerupai asma, yang paling umum adalah disfungsi pita suara,” kata pria yang juga merupakan profesor di University of Minnesota Medical School itu.
“Saya sering melihat hal itu, terutama pada pelari muda yang diduga menderita asma karena memiliki suara seperti mengi (bengek),” lanjutnya kepada Women’s Health.
2. Konsumsi Obat Asma Sebelum Lari
Sebelum berlari, pengidap asma dapat mengonsumsi obat asma. Obat asma bekerja dengan cara mengendurkan otot di sekitar saluran udara.
Saat asma kambuh, otot-otot tersebut menyempit. Sehingga, penderitanya mengalami sesak dada, batuk, dan kesulitan bernapas.
Pengidap asma dapat menggunakan obat asma pereda cepat seperti Albuterol. “Obat ini sering disebut sebagai inhaler penyelamat karena dirancang untuk meredakan gejala dalam beberapa menit, juga dapat digunakan sebagai obat pencegahan,” kata Roberts.
Jadi, pelari dengan asma dapat mengonsumsi dosis sesuai petunjuk dan dalam jangka waktu beberapa menit sebelum lari untuk mengontrol gejala.
3. Sebelum Lari, Jangan Lupa Peregangan
Beberapa pengidap asma yang mau berlari mungkin melewatkan peregangan. Sebab, terkadang pengidap asma berpikir bahwa melewatkan peregangan atau pemanasan dapat menyimpan kekuatan paru-paru mereka.
Namun ternyata, membuat paru-paru bekerja keras sebelum olahraga sebenarnya dapat menghindari serangan asma.
“Ada periode refraktori,” kata Roberts. Periode refraktori merupakan jangka waktu waktu pemulihan setelah membuat tubuh letih, seperti melansir WebMD.
4. Lindungi Tubuh dari Paparan Serbuk Sari
Roberts mengungkap, alergi serbuk sari dapat memicu gejala asma bagi beberapa penderita asma akibat olahraga.
Jadi, sebaiknya lari saat jumlah serbuk sari berada pada titik terendah, yang biasanya di pagi hari. Roberts juga merekomendasikan untuk memeriksa jumlah serbuk sari di kawasan Anda secara daring melalui Weather Underground (www.wunderground.com).
“Berlarilah pada hari-hari ketika hitungan (serbuk sari) paling rendah. Setelah itu, mandilah sesegera mungkin untuk menghilangkan serbuk sari dari rambut dan kulit Anda, dan taruh pakaian olahraga Anda langsung ke keranjang baju kotor,” sarannya.
Biasanya, jumlah serbuk sari rendah saat pagi hari. Namun, Jika jumlah serbuk sari tinggi bahkan di pagi hari, Roberts menyarankan untuk beraktivitas di dalam ruangan.
“Pertimbangkan untuk mengganti aktivitas lari di dalam ruangan, atau melakukan sesuatu di luar ruangan yang tidak membuat Anda bernapas terlalu keras, seperti bersepeda, atau berjalan kaki,” jelasnya.
5. Selalu Bawa Inhaler Saat Lari
Saat lari, Robers sangat merekomendasikan untuk selalu membawa inhaler. Bahkan, saat sedang tidak berolahraga.
“Tidak ada alasan untuk tidak memiliki inhaler,” kata Roberts.
“Anda bisa menyelipkannya di banyak tempat, seperti saku di celana pendek lari,” ia melanjutkan.
6. Susun Rencana Sebelum Lari
Sebelum berlari, konfirmasikan dengan dokter Anda langkah-langkah yang harus diambil jika mengalami serangan asma mendadak, mengutip Roberts.
“Haruskah menghubungi kantor dokter agar mereka dapat menentukan tingkat keparahan serangan? Atau haruskah Anda melihat apakah inhaler saja cukup? Buat rencana tindakan yang nyaman bagi Anda dan dokter Anda,” jelasnya.
Roberts memberi saran, sebelum menghubungi dokter, hiruplah inhaler sebanyak mungkin.
“Hirup sebanyak mungkin untuk menghentikan serangan, atau sampai Anda mulai gemetar (efek samping obat). Bagi sebagian orang, itu dibutuhkan empat hingga enam hirupan selama beberapa menit,” pungkasnya.
Sumber : LIPUTAN6.COM