SURABAYA, hks-news.com|
Idul Fitri selalu menjadi momen yang membahagiakan bagi umat muslim. Hari raya yang juga disebut dengan hari Lebaran ini identik dengan momen berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara. Mereka yang merantau biasanya akan pulang ke kampung halaman (mudik) demi menikmati momen tersebut.
Namun sayangnya, tidak semua perantau, termasuk mahasiswa, memiliki kesempatan untuk pulang kampung sebab harus menjalankan tugas dan kewajibannya. Erinda Ramadhani Massaid, mahasiswa Program Studi Kejepangan, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair menjadi salah satunya.
Erin, sapaan akrabnya, terpaksa harus melalui momen Lebaran tanpa berkumpul dengan keluarga dan kerabat. Lantaran, ia sedang menjalani program magang di Jepang sejak September 2022.
“Ini adalah kali pertama saya melewatkan momen berharga (Lebaran, red) tanpa keluarga. Bukan lagi karena kita sedang berada di kota atau provinsi yang berbeda, tetapi bahkan ini beda negara,” ucapnya.
Lebaran sebagai Minoritas
Erin mengaku, Lebaran kali ini menjadi momen yang sangat berbeda bagi dirinya. Sebab, ia harus melalui momen Lebaran sebagai minoritas, sehingga tidak ada perayaan khas Lebaran yang ia temui di Negeri Sakura itu.
“Karena di sini kan mayoritas penduduknya memeluk agama Buddha dan Shinto, jadi Islam di sini menjadi minoritas,” katanya.
Lebih lanjut, Erin mengungkapkan bahwa momen Lebaran kali ini terasa begitu sepi. Pasalnya, ia hanya menikmati momen Lebaran bersama rekan magangnya yang juga seorang muslim.
“Saya melewati momen Lebaran hanya berdua saja, yaitu dengan rekan saya sesama muslim di tempat magang, karena kebetulan hanya kami berdua saja yang muslim di sini,” ujarnya.
Sebagai tambahan, meski menjadi minoritas muslim di tempat magangnya, tetapi Erin seringkali mendapatkan keringanan untuk melakukan ibadah di tempat magangnya. Misalnya saja, ketika sedang melaksanakan ibadah puasa, ia kerap mendapatkan waktu tersendiri untuk beristirahat dan berbuka puasa.
“Karena ada rekan saya yang juga mengerti sedikit tentang Islam dan ibadah puasa, jadi saya selalu diberi waktu untuk istirahat dan berbuka saat menjalani ibadah puasa,” ungkapnya.
Rindu Kampung Halaman
Di Indonesia, hari Lebaran biasanya identik dengan kegiatan berkumpul, bermaaf-maafan, dan menyantap makanan khas Lebaran bersama keluarga. Hal itulah yang membuat Erin merindukan suasana Lebaran di kampung halaman. Ia membagikan beberapa cara untuk menyiasati kerinduannya itu.
Saat hari Lebaran tiba, hal yang pertama kali Erin lakukan adalah bermaaf-maafan dengan keluarga secara virtual. Meskipun dilakukan secara virtual, tetapi hal itu tidak lantas menghilangkan esensi dari bermaaf-maafan sekaligus sebagai pengobat rasa rindu dengan keluarga.
“Meski tidak bisa bertemu secara langsung, tapi saya tetap berusaha terhubung dan saling bermaaf-maafan melalui video call,” paparnya.
Selanjutnya, Erin bercerita bahwa ia berusaha membuat suasana Lebaran yang semirip mungkin dengan Lebaran di Indonesia. Ia memasak dan menikmati makanan khas Lebaran kesukaannya bersama teman sehingga terasa seperti sedang berlebaran di kampung halaman.
“Untuk menyiasatinya, saya dan teman saya membuat masakan khas Indonesia. Misalnya saja, saya membuat sup merah kesukaan saya untuk mengobati rasa rindu akan rumah,” terangnya.
“Selain itu, saya juga tidak lupa membeli bakso yang dijual oleh orang Indonesia yang berada di Jepang. Hal itu cukup mengobati rasa rindu saya akan cita rasa masakan Indonesia,” lanjutnya.
Pada akhir, Erin berharap semoga ia dapat menjumpai bulan Ramadan di tahun depan, sehingga ia bisa kembali merasakan momen puasa dan Lebaran bersama keluarga. (Yul)