SURABAYA, hks-news.com|
Lima mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris angkatan 2022 membawa kabar gembira usai pengumuman seleksi pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) 2023 oleh Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemenristekdikti) pada Juni lalu.
Tim PKM beranggotakan Afrigh Abrar Brahmantya, Indra Pandita Wahyu S, Muhammad Diza Sharif, Asyaddu Hubbanlillah, dan Farros Ale Abdul Jabbar. Mereka mengusulkan judul Menelaah Prinsip Childfree dari Perspektif Kalangan Muda Laki-laki di Surabaya yang Multikultural.
Didampingi oleh Usma Nur Dian Rosyidah SS MA, Afrigh mengungkapkan bahwa ide mereka berasal dari fenomena childfree yang sedang booming di kalangan masyarakat Indonesia. Namun, pada riset kali ini mereka mengusung konsep yang berbeda. Pasalnya, mereka melakukan riset dari perspektif laki-laki, yang dimana hal tersebut belum pernah diteliti.
“Biasanya penelitian terkait childfree ini diteliti berdasarkan perspektif perempuan. Padahal lelaki juga memiliki peran penting dalam prinsip childfree. Maka dari itu, kami menggunakan sample laki-laki muda multikultural di Surabaya,” ujar Afrigh selaku ketua tim.
Tujuannya untuk mengidentifikasi bagaimana perpaduan prinsip childfree dan multikultural dapat memberikan pengaruh terhadap konstruksi sosial budaya masyarakat. Selain itu, riset itu juga berhubungan dengan pertahanan sosial budaya yang direfleksikan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) poin 16 terkait inclusive society.
Walaupun sempat terkendala teknis penyusunan proposal karena minimnya informasi, namun berkat dukungan penuh dari dosen pembimbing dan solidaritas, tim mampu menyelesaikan proposal dengan sempurna dalam waktu yang singkat.
“Berkat semangat teman teman yang tak kunjung henti dan keseriusan tim selama menggarap proposal ini, akhirnya kami berhasil menyelesaikan proposal ini hanya dalam kurun waktu lima hari saja. Tanpa revisi dan langsung accepted,” ungkap Afrigh.
Alih-alih mengusulkan proposal PKM sebagai prasyarat mata kuliah program studi, tim mereka menjadi satu-satunya kontingen perwakilan Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Airlangga (Unair) yang mendapatkan Pendanaan PKM-RSH.
“Pada awalnya kami tidak menyangka, karena kami sendiri merupakan maba semester awal pada saat itu. Kami juga masih sangat baru dengan bidang kepenulisan seperti ini. Tentu saja pencapaian ini membuat kami bersyukur bisa mewakili FIB dalam ajang PKM,” tutur Afrigh.
Tak puas sampai di situ, Afrigh dan tim berharap dapat membawa pulang Gold Medal dari penelitian mereka. Selain itu, mereka berharap penelitiannya dapat memberikan kontribusi literature dan dapat menjadi rujukan para peneliti di masa depan.
“Pengalaman menjadi ketua tim PKM di semester awal sangat challenging bagi saya, semoga tim kami dapat survive hingga PIMNAS nanti,” pungkas Afrigh.(Yul)