SURABAYA, hks-news.com|

Sebagai implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, Universitas Airlangga (Unair) terus berkomitmen meningkatkan penelitian dan pengembangan. Terbukti, para peneliti Unair tak henti-hentinya melahirkan karya dan inovasi membanggakan.

Dr Prihartini Widiyanti drg SBio MKes salah satunya, berhasil menemukan metode pembuatan kantong silo sebagai penutup usus terburai pada kasus gastroschisis pada bayi baru lahir. Invensi itu terdaftar sebagai hak paten dalam Hak Kekayaan Intelektual (HKI) pada September 2022 lalu.

Peneliti sekaligus dosen yang kerap disapa Yanti itu menuturkan bahwa permasalahan gastroschisis hingga kini masih memprihatinkan lantaran minimnya akses untuk penyembuhan. Kepeduliannya atas kondisi itu membuat Yanti termotivasi untuk meneliti dan mengembangkan sebuah produk guna menangani kasus gastroschisis.

Pertama di Indonesia

Lebih lanjut, Yanti mengatakan bahwa sebenarnya produk penutup usus terburai untuk kasus gastroschisis telah ada di pasaran. Namun, produk yang sedianya diimpor dari Bogota itu kini tidak lagi terdistribusi sebab produksinya yang telah lama terhenti.

“Kantong penutup untuk kasus gastroschisis ini sebelumnya memang sudah ada produksinya dari Bogota. Tetapi sekarang produksinya diskontinu, sehingga teman-teman dari klinis bedah anak mengalami kesulitan untuk mendapatkannya,” terang Yanti.

Kesulitan memperoleh produk untuk menangani gastroschisis itu mendorongnya untuk melakukan penelitian dan pengembangan secara lebih lanjut. Hasilnya, ia menemukan metode pembuatan kantong silo berbahan kolagen berlapis kitosan yang sampai saat ini menjadi penemuan pertama di Indonesia. 

“Selama ini kalau kita cari track record penelitian terkait pembuatan penutup usus itu tadi memang belum ada. Jika ada pun biasanya selalu aplikasi in vivo dari produk yang ada di luar negeri,” terangnya.

Perjalanan Penelitian

Invensi berupa metode pembuatan kantong silo itu bermula dari penelitian yang telah Yanti lakukan sejak tahun 2014. Selama itu, berbagai tahapan telah ia lalui. Mulai dari penelitian skala laboratorium, uji coba in vitro, uji fisik, uji biologis, hingga uji coba in vivo pada hewan ternak.

Selama perjalanan penelitian, Yanti mengaku sempat mengalami beberapa kendala. Hal itu terutama berkaitan dengan bahan atau material yang pemerolehannya harus secara impor.

“Untuk kesulitan memang ada, ya. Misalnya terkait perolehan bahan ini kita masih impor  dan biasanya perlu waktu yang cukup lama untuk indennya,” ujarnya.

Selain itu, keakuratan dalam menentukan metode yang benar juga menjadi salah satu tantangan bagi Yanti. Pasalnya, untuk mematenkan metode tersebut perlu proses panjang yang membutuhkan optimasi dan ketelitian tingkat tinggi. 

Ingin Bermanfaat

Menghasilkan suatu penemuan yang dapat bermanfaat secara luas merupakan sebuah keinginan besar dari para peneliti. Demikian halnya dengan Yanti. Dosen yang juga aktif meneliti di Institute of Tropical Disease (ITD) Unair itu berharap agar invensinya dapat berdampak luas bagi masyarakat. 

“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya. Itulah yang selama ini menjadi cita-cita saya. Sehingga, saya berharap nantinya penemuan ini dapat terhilirisasi dan dapat berdampak luas bagi masyarakat,” ujar Ketua Departemen Teknik Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Unair itu.

Pada akhir, Yanti berharap agar pengembangannya itu senantiasa mendapat dukungan dari rekan-rekan sejawat, universitas, hingga  pemerintah Indonesia. Dengan dukungan penuh, sambungnya, maka karya anak-anak bangsa sepertinya sangat mungkin untuk dapat bersaing di kancah internasional. (Yul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *