Surabaya, HKS-News.com – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali dipercaya Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk mendukung ketahanan energi nasional. Kolaborasi yang ditandai dengan kickoff meeting di Gedung Rektorat ITS, Jumat (22/11) ini menggandeng ITS sebagai mitra strategis dalam mengulas teknis Front End Engineering Design (FEED) untuk Proyek Strategis Nasional (PSN) Lapangan Gas Laut Dalam Gendalo Gandang.

Proyek tersebut mencakup dua lapangan gas utama, Gendalo dan Gandang, yang terletak di kedalaman perairan 1.060 hingga 1.820 meter. Lapangan Gandang pertama kali ditemukan pada tahun 1999 melalui sumur Gandang-1, diikuti dengan penemuan lapangan Gendalo pada tahun 2000 melalui sumur Gendalo-1. Hingga akhirnya ditetapkan sebagai PSN berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 6 Tahun 2024.

Lapangan gas laut dalam yang terletak di Selat Makassar, lepas pantai Kalimantan Timur tersebut dirancang untuk menghasilkan hingga 510 juta standar kaki kubik gas per hari (MMscfd). Tak hanya itu, gas ini akan diproses melalui fasilitas Floating Production Unit (FPU) Jangkrik yang dialirkan ke Bontang, dengan target operasi yang dijadwalkan pada akhir tahun 2027 guna mendukung pemenuhan kebutuhan energi nasional secara berkelanjutan.

Dalam sambutannya, Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo Djasmari menjelaskan bahwa kolaborasi yang juga mengajak Perusahaan Raksasa Migas Italia ENI dan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini merupakan langkah link and match yang sejalan dengan visi SKK Migas menjadi Centre of Excellence.

“Kolaborasi ini tidak hanya mendukung percepatan proyek, tetapi juga menjadi sarana transfer pengetahuan dan teknologi, sekaligus memperkuat ekosistem teknologi nasional,” ujarnya.

SKK Migas melibatkan sekitar 25 akademisi untuk memberikan dukungan keahlian teknis melalui tenaga ahli yang berperan sebagai Subject Matter Expert (SME). Setiap individu ini memiliki kompetensi di berbagai bidang, termasuk subsea facilities, pipeline flowline, process safety, geoteknik, hingga otomasi.

“Mereka ditugaskan untuk melakukan tinjauan teknis, keselamatan, efisiensi, serta kepatuhan terhadap regulasi,” tambah alumnus ITB ini.

Rektor ITS Prof Ir Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD yang juga hadir pada kickoff meeting ini turut menekankan keterlibatan ITS menjadi bagian penting dalam memastikan keberlanjutan PSN sesuai prinsip tata kelola yang baik. Terlebih dalam meningkatkan kapabilitas teknologi nasional melalui pendirian teknologi laut dalam yang berpihak pada produk lokal, serta kepatuhan terhadap regulasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Segenap sivitas akademika ITS percaya bahwa sinergi antara akademisi, pemerintah, dan industri seperti yang tercermin dalam proyek ini adalah kunci untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan bagi tantangan energi Indonesia.

“ITS akan terus mendukung inisiatif serupa untuk memperkuat posisi Indonesia yang mandiri dan berdaya saing global,” ujar guru besar Departemen Teknik Mesin ini.

Membuka diskusi proyek PSN, Koordinator Tim Ahli Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc menuturkan bahwa proyek ini lebih dari sekadar dukungan teknis, tetapi juga menjadi sarana strategis dalam membangun kompetensi nasional. Pendirian teknologi laut dalam yang direncanakan SKK Migas ini bertujuan untuk menjadikan Indonesia dapat menciptakan multiplier effect, baik dalam pengembangan SDM maupun penerapan teknologi maju.

Tinjauan teknis yang dicanangkan selesai dalam waktu 2 bulan ini juga dianggap sebagai langkah penting dalam transfer teknologi. Dengan bimbingan langsung dari ENI, guru besar Departemen Teknik Sistem Perkapalan ini menyebut mahasiswa dan dosen akan memperoleh wawasan teknis dengan standar internasional.

“Momentum ini sangat penting untuk membangun generasi ahli yang kompeten dan siap bersaing di industri migas global,” tambah Ketut.

Dari kickoff meeting Proyek Gendalo Gandang ini, diharapkan dapat berperan sebagai platform utama untuk transfer teknologi dari ENI ke perguruan tinggi di Indonesia, sekaligus memperkuat hubungan antara industri dan dunia akademisi. Kolaborasi ini juga memberi kesempatan bagi mahasiswa dan dosen untuk tidak hanya mendapatkan pengetahuan teknis, tetapi juga pengalaman dalam mengelola proyek besar dengan standar internasional.

Dengan kolaborasi yang erat, proyek dengan investasi mencapai 60,4 triliun ini diharapkan menjadi contoh kemitraan yang produktif lintas institusi. Lebih dari itu, ditargetkan pula dapat mendorong swasembada energi nasional serta memperkuat daya saing Indonesia di pasar migas global, mempercepat pengembangan kapasitas SDM lokal, dan mendukung pemenuhan kebutuhan energi secara berkelanjutan. (Wahyu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *