SURABAYA, HKS-News.com – Universitas Airlangga (UNAIR) sedang menjadi tuan rumah ajang bergengsi The 20th AUN and 9th ASEAN +3 Educational Forum and Young Speakers Contest 2024. Forum ini mengundang mahasiswa, akademisi, dan profesional muda negara-negara ASEAN serta tiga mitra dari negara Jepang, Korea Selatan, dan China. Semua partisipan hadir untuk berdiskusi, berbagi ide, dan memperkuat kolaborasi dalam bidang pendidikan guna menghadapi tantangan global dan isu-isu kontemporer.
Kepala Kantor Perwakilan LPS II Surabaya, Bambang S Hidayat hadir sebagai narasumber pada Opening Ceremony yang terselenggara di Ruang Majapahit Hall, ASEEC Tower Kampus Dharmawangsa-B pada Rabu (23/10/2024). Ia membawakan materi dengan topik Emancipatory Education as a Path Towards an Emancipated Future.
Emancipatory Education
Dalam pemaparannya, Bambang menekankan bahwa pendidikan memiliki peran sentral dalam membebaskan individu dari berbagai bentuk keterbatasan sosial, ekonomi, dan budaya.
“Pendidikan yang memerdekakan bukan hanya sekedar mengajarkan keterampilan, tetapi membangun karakter, pemikiran kritis, dan inovasi,” ujarnya.
Pendidikan emansipatoris tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan akademis, tetapi juga sebagai alat untuk membekali individu dengan berbagai keahlian. Hal ini penting untuk menghadapi perkembangan dunia yang kian pesat karena pengaruh teknologi dan otomatisasi. Pendidikan emansipatoris juga mengedepankan keterampilan kritis, analitis, dan teknologi yang menjadi modal penting bagi sumber daya manusia unggul agar tetap relevan dan kompetitif.
Selain itu, pendidikan yang memerdekakan memungkinkan individu untuk bisa mengidentifikasi masalah, merumuskan solusi, dan mengambil tindakan yang tepat.
“Hal tersebut penting guna mengembangkan sumber daya manusia unggul yang siap memimpin perubahan dan agen inovasi di komunitas mereka,” tuturnya.
Keadilan dan Kesetaraan
Bambang menjelaskan bahwa pendidikan emansipatoris penting untuk memberikan kesempatan yang sama kepada siswa dalam membangun karir. Ia percaya bahwa pendidikan yang memerdekakan akan membangun masa depan yang lebih mandiri dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
“Pendidikan harus bisa membekali individu dengan kebebasan berpikir dan bertindak, bukan hanya sekadar lulus dengan gelar,” tegasnya.
Sebagai penutup, Bambang juga mendorong kolaborasi antar negara dalam mengembangkan pendidikan yang dapat menjawab tantangan masa depan.
“Kolaborasi dan inovasi adalah kunci untuk menciptakan pendidikan yang memerdekakan, sebuah pendidikan yang membebaskan kita dari belenggu ketidakadilan dan ketidaktahuan,” pungkasnya. (Wahyu)