SURABAYA, hks-news.com|

Keringat adalah proses alami yang dilakukan tubuh untuk menurunkan suhu tubuh. Namun, kenapa keringat berlebihan?

Ternyata, keringat berlebihan bisa disebabkan oleh kondisi medis tertentu, seperti stroke hingga penyakit Parkinson.

Meskipun begitu, ada beberapa penderita yang mengalami hiperhidrosis tanpa adanya riwayat medis tertentu atau karena konsumsi obat tertentu.

Saat suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat pada kulit akan memproduksi keringat untuk mendinginkan tubuh. Ini merupakan mekanisme alami tubuh yang kerap terjadi saat olahraga, demam, gugup, atau konsumsi makanan pedas.

Namun, jika keringat yang keluar lebih banyak dan tanpa sebab, Anda perlu waspada. Keringat berlebih atau hiperhidrosis dapat menjadi gejala suatu penyakit. Selain itu, keringat berlebih juga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari atau bahkan memicu stres dan cemas.

Berbagai Penyakit Penyebab Keringat Berlebih

Saat mengalami hiperhidrosis, kelenjar keringat bekerja terus-menerus sehingga menghasilkan kelebihan keringat yang tidak dibutuhkan tubuh. Penyebab keringat berlebih atau Hiperhidrosis memiliki dua jenis, yaitu hiperhidrosis primer dan sekunder. Berikut ini adalah penjelasannya:

1. Hiperhidrosis Primer

Seseorang yang mengalami hiperhidrosis primer dapat mengeluarkan keringat yang berasal dari kelenjar keringat atau disebut juga kelenjar ekrin. Kelenjar ekrin banyak terdapat di kaki, telapak tangan, wajah, dan ketiak. 

Lalu, kenapa bisa terjadi pengeluaran keringat yang berlebihan?

Ketika kamu sedang berada di suhu yang panas, banyak bergerak, emosi, atau karena hormonal, maka saraf akan merangsang kelenjar ekrin untuk mengeluarkan keringat.

Namun pada hiperhidrosis primer, penyebabnya tidak diketahui. Penanganannya dapat berupa pemberian obat-obatan, tindakan laser, atau injeksi botoks.

2. Hiperhidrosis Sekunder

Kondisi hiperhidrosis sekunder berbeda dengan hiperhidrosis primer. Pada hiperhidrosis sekunder, keringat berlebih terjadi di seluruh tubuh (tidak hanya di tangan, ketiak, wajah, dan kaki). Bahkan, bisa mengalami keringat berlebih saat tidur.

Ada beberapa kondisi kesehatan tertentu yang bisa menyebabkan hiperhidrosis, seperti:

  • Mengalami menopause
  • Sedang dalam masa kehamilan
  • Mengalami gangguan tiroid
  • Mengidap diabetes
  • Memiliki kecanduan atau terlalu sering minum minuman yang beralkohol
  • Mengalami penyakit yang disebabkan oleh infeksi, seperti tuberculosis
  • Mengidap penyakit Parkinson
  • Mengalami radang sendi atau rheumatoid arthritis
  • Mengalami stroke
  • Pernah mengalami stroke
  • Mengalami gagal jantung
  • Mengidap kanker, seperti leukemia dan limfoma
  • Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat tekanan darah tinggi, antibiotik, hingga antidepresan

Selain itu, penggunaan obat-obatan tertentu juga bisa menjadi penyebab keringat berlebih. Salah satu jenis obat yang memiliki efek samping ini adalah obat antidepresan, seperti desipramine, nortriptilin, dan protriptilin. Konsumsi suplemen zinc dan pilocarpine sebagai obat untuk mulut kering juga bisa menyebabkan keringat berlebih.

Beberapa Cara Menangani Keringat Berlebih

Untuk mengurangi keringat berlebih, ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan, di antaranya:

  • Gunakan antiperspirant di area kulit yang berkeringat.
  • Mandi secara rutin setiap hari untuk menghilangkan bakteri pada kulit.
  • Gunakan sepatu dan kaus kaki berbahan alami untuk sirkulasi udara yang lebih lancar pada kaki.

Namun, jika beberapa cara di atas tidak mampu mengatasi keringat berlebih, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Ada beberapa pilihan pengobatan untuk mengatasi keringat berlebih, yaitu:

1. Antiperspirant khusus

Dokter akan meresepkan antiperspirant khusus yang mengandung 10–20 persen heksadirat aluminium klorida. Obat ini bertujuan untuk menyumbat saluran keringat dan biasanya untuk mengobati kasus hiperhidrosis yang ringan. Namun, jenis antiperspirant ini dapat menyebabkan iritasi kulit dan merusak pakaian jika mengandung aluminium klorida dengan dosis yang terlalu tinggi.

2. Suntik botox

Jika pemberian antiperspirant topikal tidak mampu untuk menangani keringat berlebih, dokter akan memberikan pertimbangan untuk melakukan suntik botox. Suntik ini bertujuan untuk memblokir saraf yang merangsang kelenjar keringat.

Efek suntik botox untuk menangani keringat berlebih ini biasanya dapat bertahan 6–12 bulan dan harus dilakukan secara berulang.

3. Iontoforesis

Prosedur ini menggunakan perangkat yang dapat mengalirkan arus listrik. Arus listrik ini nantinya akan dikirimkan ke tangan, kaki, atau ketiak guna memblokir kelenjar keringat.

Terapi ini berlangsung selama 10–30 menit dan membutuhkan beberapa sesi terapi. Meski jarang terjadi, iontoforesis memiliki efek samping berupa kulit pecah-pecah dan melepuh.

Selain beberapa cara di atas, keringat berlebih juga dapat diatasi dengan prosedur operasi untuk menghilangkan kelenjar keringat di ketiak dan pemberian obat-obatan.

Karena penyakit dan kondisi medis tertentu dapat menjadi penyebab keringat berlebih, segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami hiperhidrosis. Terlebih, jika keringat berlebih disertai dengan nyeri dada, berat badan berkurang tanpa sebab, demam, sesak napas, atau jantung berdebar.

Sumber : Kompas.com, alodokter.com & klikdokter.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *