0-2976x3968-1-0#

SURABAYA, HKS-News.com – Tingkat penyakit HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/
Acquired Imune Defisiency Syndrome) di kalangan anak muda semakin meningkat. Tentu saja peristiwa tersebut menimbulkan keprihatinan bagi bangsa Indonesia.

Mengingat saat ini, Indonesia mengalami bonus demografis dan tengah mempersiapkan kalangan Milenial ini sebagai pemimpin masa depan di Indonesia Emas tahun 2045.

Menanggapi fenomena tersebut, anggota DPRD provinsi Jatim Puguh Wiji Pamungkas menuturkan, bahwa pihaknya baru menulis tentang dispensasi nikah.

“Dispensasi nikah dini ini di Jawa Timur juga masih sangat tinggi, terutama di daerah yang pinggir-pinggir, yang tertinggi itu di Banyuwangi dan kabupaten Malang, itu dispensasi nikah dininya tinggi. Kalau kita lihat itu satu lingkaran dengan pergaulan bebas, dengan HIV dan AIDS,” terang anggota fraksi PKS DPRD provinsi Jatim ini.

Kuncinya memang ini harus ada gerakan komprehensif. Gerakan komprehensif di sekolah itu harus terus digalakkan. Kemudian perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk di situ ada sosialisasi dan penyuluhan akan bahaya HIV AIDS.

“Enggak bisa sekali dua kali, pihak sekolah bisa menggandeng dan bermitra dengan rumah sakit. Dengan Dinas Kesehatan, dalam hal ini Puskesmas, untuk melakukan promosi kesehatan terkait hal itu bisa juga meningkatkan kesadaran spiritual. Nah yang sekarang kan pendidikan budi pekerti dan pendidikan agama mulai pudar, jadi sudah saatnya kita meningkatkan kesadaran spiritual, bisa di sekolah, bisa di rumah dan dimana saja, di lingkungan anak-anak tinggal,” tuturnya.

Anggota komisi E DPRD provinsi Jatim ini menegaskan, selain mendekatkan anak-anak dengan kesadaran spiritual, yang kedua memang harus ada dalam bentuk regulasi. Regulasi itu juga penting.

“Termasuk ketika ada kasus di Batu, di sebuah villa, ada penghuninya yang gonta-ganti pasangan. Nah itu saya bilang memang harus ada regulasinya, orang nginep di villa itu enggak boleh sembarang nginep, minimal itu dibuatkan payung hukumnya, bahwa semua orang yang nginep di villa, di hotel, identitasnya harus jelas. Sehingga itu bisa menekan tersebarnya virus HIV AIDS,” tukasnya.

Ada gerakan membangun Self-awareness di kalangan siswa, lewat sebuah instrumen atau SOP (Prosedur Operasi Standar) yang dibuat oleh sekolah-sekolah yang di dalamnya dibuat produk-produk regulasinya oleh Pemda/Pemkot ataupun dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pendidikan.

“Misalkan setiap pagi itu anak-anak sekolah harus berdoa, harus mengikuti kajian agama dan seterusnya. Semuanya dipantau secara serius, ada evaluasinya. Jadi tidak hanya sekedar laporan ini sudah selesai, soalnya sekedar outputnya benar sih tidak berdampak kepada anak didiknya.
Full to school education itu sudah sejak 4 tahun yang lalu saya ke pondok-pondok, ke sekolah, salah satu temanya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Sub- temanya itu tentang pergaulan bebas, tentang bahaya penyalahgunaan narkoba dan segala macam, itu luar biasa, ada teori itu mengatakan repetition itu 6 kali minimal,” tandasnya. (Wahyu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *