0-3968x2976-1-0#

SURABAYA, HKS-News.com – Sebagai sajian tradisional asal Kota Surabaya, Semanggi rupanya bukan hanya sekedar makanan khas Kota Pahlawan, tetapi lebih dari itu, Semanggi memiliki peran penting dalam kehidupan dan budaya di Ibu kota Jawa Timur.

Hal inilah yang menarik minat Guru Besar Unesa, Prof. Dr. Rindawati, M.Si untuk meneliti semanggi lebih dalam.

Menurutnya makanan semanggi yang dikonsumsi oleh warga Surabaya tidak hanya memberikan nilai gizi dan nutrisi bagi tubuh, tetapi juga menentukan jati diri.

“Dilihat dari perspektif Antropologi Sosial untuk mewakili hubungan antara biologis dan budaya, dan dari individu ke kolektif,” jelas Rindawati, usai dikukuhkan sebagai guru besar Unesa, Selasa 12 November 2024.

“Dalam konteks ini beberapa makanan dapat memberi fungsi simbolis dalam suatu budaya, seperti halnya budaya pangan,” imbuhnya.

Lebih lanjut Rinawati menuturkan, dengan demikian, makanan yang dirasakan dan dikonsumsi oleh masyarakat menentukan budaya pangan suatu negara, Pola dan jenis makanan telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Kebiasaan memakan makanan tersebut akan diikuti oleh penduduknya, hal tersebut menjadikannya representasi dari makanan suatu negara. Oleh karena itu Negara dan budaya pangan telah berubah seiring berjalannya waktu dipengaruhi oleh beberapa fenomena sejarah.

“Makanan tradisional semanggi Surabaya layak untuk diteliti. Sebagai akademisi, saya ingin memberikan kontribusi untuk melestarikan dan mengapresiasi budaya makanan tradisional daerah, khususnya makanan semanggi,” tukasnya.

Keberadaan makanan tradisional yang relatif masih bertahan dan berjalan secara berpola, menjadi alasan utama untuk menemukan model pengelolaan usaha kuliner semanggi yang selaras dengan kondisi sosial budaya setempat.

Sementara itu, Surabaya juga dikenal sebagai salah satu pusat pariwisata, industri, dan budaya. Kota Surabaya juga tidak luput dari perubahan gaya hidup masyarakat akibat masuknya budaya global.

Keberadaan beberapa pedagang mikro usaha kecil tradisional seperti pedagang semanggi menjadi jawaban atas bagaimana perkembangan budaya global masih menyisakan unsur-unsur budaya tradisional yang melekat pada sebagian masyarakat.

“Melalui penelitian ini saya berharap warga Surabaya, khususnya anak muda dapat lebih mengenal lagi keberadaan Semanggi sebagai sajian khas yang sarat akan makna budaya,” pungkasnya. (Wahyu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *