SURABAYA, HKS-News.com – Kasus penyebaran HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) kembali meningkat. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS merupakan sindrom yang muncul karena menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi HIV.
Sepanjang Januari hingga Oktober 2024, tercatat ada 243 kasus pasien aktif di Surabaya dengan antiretroviral therapy (ART) dengan kalangan usia produktif mendominasi. Melihat situasi kembali tingginya kasus HIV/AIDS, Dr dr Agung Dwi Wahyu Widodo MSi MKedKlin, Dosen Imunologi dan Mikrobiologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) memberikan tanggapan.
Ia mengungkapkan bahwa salah satu faktor utama yang menyebabkan tingginya kasus HIV/AIDS pada usia produktif adalah perilaku drug use dan free sex.
“Salah satu faktornya adalah penyebaran oleh pengguna obat-obatan (drug use) yang menular lewat injeksi jarum suntik. Selain itu, juga dapat menyebar lewat perilaku free sex,” tutur dr Agung dalam keterangannya pada Jumat (8/11/2024).
Aspek Mikrobiologi dan Imunologi
Lebih lanjut, dr Agung menerangkan tentang HIV-1. Ia menjelaskan bahwa dalam aspek mikrobiologi, virus HIV-1 memiliki sifat laju penularan yang tinggi. Sehingga dapat mudah menyebar termasuk di Indonesia.
“HIV-1 merupakan retrovirus yang lebih berat, namun mudah menular,” imbuhnya.
Dalam aspek imunologi, dr Agung memaparkan bahwa HIV/AIDS menyerang sel CD4 dalam sistem kekebalan tubuh hingga melemahkan sistem imun. Respons sistem imun dalam menghadapi infeksi HIV, antara pasien usia produktif dan lainnya sama.
Penularan HIV/AIDS dapat tersebar melalui kontak cairan tubuh yang terinfeksi. Drug use dan free sex menjadi sorotan dr Agung sebagai jalur utama penyebaran maraknya kasus HIV/AIDS pada usia produktif.
“Drug use sangat berbahaya. Mereka menggunakan obat golongan morfin yang dapat memicu pertumbuhan virus HIV ini lebih cepat. Belum lagi dengan jarum suntik yang mereka pakai bergantian,” papar dr Agung.
Ia menekankan bahwa, satu virus HIV pada saat berpindah ke tempat lain akan mengalami proses mutasi dan proses glikosilasi. Ini merupakan dua mekanisme yang membantu HIV untuk bertahan dalam tubuh, menghindari respons imun, dan tetap menular meskipun dalam kondisi yang berbeda.
“Hal ini tidak kalah penting dan menunjukkan proses penyebaran yang cukup berbahaya pada kalangan usia produktif,” jelasnya.
Upaya Pencegahan
Guna mencegah lonjakan kasus HIV/AIDS pada kalangan usia produktif, dr Agung menyarankan strategi pencegahan efektif. Menurutnya, upaya yang bisa dilakukan sedini mungkin adalah dengan memberikan edukasi dan informasi yang benar terkait cara mencegah HIV/AIDS.
“Khususnya pada gen Z, mahasiswa dan usia produktif. HIV/AIDS kita bisa cegah dengan kampanye ABC,” terang dosen FK ini.
Kampanye ABC, sambungnya, terdiri dari abstinence yakni sikap berhenti atau menahan aktivitas seksual, terutama pada masyarakat yang belum menikah. Kemudian be faithful atau setia, menekankan kesetiaan pada mereka yang telah berpasangan. Dan yang terakhir adalah condom.
“Kampanye penggunaan condom, bukan berarti kita mengajarkan sesuatu yang tidak benar (melegalkan seks bebas, red),” pungkasnya. (Wahyu)