Ketua KONI Jatim M.Nabil foto bersama para juara wushu. Wushu Jarim usai penyerahan medali, Minggu (15/9/2024). (Foto: KONI Jatim).

MEDAN, HKS-News.com-

Tim Wushu Jawa Timur (Jatim) menambah dua medali emas pada hari terakhir Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024 di GOR Serbaguna Disporasu, Deli Serdang, Minggu (15/9/2024).

Total hingga hari ini Jatim sudah mengoleksi 7 medali emas, 9 perak, 5 perunggu, sekaligus mengukuhkan sebagai juara umum.

Dua medali emas tambahan itu diperoleh dari nomor wushu taolu dulian putra dan putri. Pada kategori putra, penampilan tiga atlet Jatim, yakni Akbar Dwi Affandi, Nicholaus Karanka Adinugroho dan Muhammad Zaki Akbar berhasil mengumpulkan nilai tertinggi, 9.366.

Jatim juga meraih medali perak setelah trio Ahmad Ghifar Fuaiz, Rakay Nobel Ardiansyah dan Ahmad Ghozali Fuaiz yang mendapatkan total nilai 9.356. Disusul Jambi di peringkat ketiga dengan nilai 9.323.

Pada kategori putri, medali emas disumbangkan tim Jatim yang diperkuat Natalie Chriselda Tanasa dan Benedicta Rafaella Karolusia Prasetyo dengan total nilai 9.360. Sedangkan peringkat kedua sekaligus peraih medali perak diraih Jawa Tengah yang menurunkan Jessica Antonetta, Evelyn Naura Adelia dan Theodora Rosa Santoso dengan nilai 9.330.

Sementara itu di tempat ketiga dihuni Jambi yang diperkuat Anastasya Astuti, Veren Aprillia dan Ananda Sri Mardiana. Mereka pun berhak atas medali perunggu setelah mengumpulkan nilai 9.326.     

“Target kita sebenarnya hanya 6 emas, tapi alhamdulillah bisa over target. Hari ini kita dapat tambahan 2 emas sehingga total ada 7 emas, 9 perak, dan 5 perunggu,” kata Ketua KONI Jatim M.Nabil usai penyerahan medali.

Menurut Nabil perolehan 7 medali emas ini sama dengan PON XX 2001 Papua, tapi medali emasnya lebih banyak sekarang. Namun yang penting konsistensi wushu tetap terjaga sebagai salah satu lumbung medali emas Jatim.

“Prestasi ini juga menunjukkan hasil kerja adik-adik, para atlet, pelatih, dan semua yang terlibat,” jelasnya.

Karena itu, Nabil menegaskan bahwa hasil yang diraih ini bukan suatu yang kebetulan. Tapi merupakan hasil kerja yang terprogram lewat puslatda selama dua tahun setengah.

Latihannya pagi-sore setiap hari, hanya Sabtu latihan pagi, dan Minggu libur.

“Belum termasuk latihan di China selama satu bulan setengah. Tapi itu dua kali. Bahkan, kita juga mendatangkan pelatih China untuk menggembleng para atlet,” pungkas Nabil.(Yul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *