SURABAYA, HKS-News.com – Mahasiswa Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Universitas Airlangga (UNAIR) meraih juara 1 dalam kompetisi International Conservation Challenge (ICC). Kompetisi tersebut merupakan kompetisi internasional yang diselenggarakan oleh Chemistry Society of Universiti Sains Malaysia (USM) dan Beijing Rui Pan International Education.

Berkompetisi dengan nama UNANO, tim tersebut beranggotakan Farah Nur Ramadhan, Salsabila Al’Ismail, Noval Annurrahman Putra, Khairunnisa Arifah, dan Indi Anfita Afany. Kompetisi tersebut mengusung tema yang sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 11, yakni Sustainable Cities and Communities. Peserta International Conservation Challenge (ICC) berasal dari tiga negara, mulai dari Malaysia, Indonesia, dan Cina.

“Kontes ini bertujuan menanamkan keterampilan berpikir kreatif dan inovatif dengan menerapkan pengetahuan sains khususnya kimia, menghasilkan ide-ide inovatif yang berkelanjutan untuk meningkatkan sosial, ekonomi, dan kondisi lingkungan suatu kota guna memastikan kualitas hidup penduduk saat ini dan masa depan,” jelas Farah mengenai kompetisi yang berhasil ditaklukkan oleh timnya tersebut.

Inovasi dan Strategi UNANO

Pada kompetisi tersebut, Farah dkk menyajikan video inovasi yang selaras dengan topik utama, yakni mengenai akan pentingnya energi yang terbarukan bagi lingkungan. Energi terbarukan yang difokuskan oleh Farah dan tim adalah solar cell atau panel surya yang sangat penting dalam realisasi poin SDGs ke-11 itu.

“Tim kami mengusung inovasi solar cell Bifacial CZTS-Se yang mana material-material penyusun solar cell tersebut lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan solar cell generasi sebelumnya dengan material CIGS,” terang Farah.

“Dengan fitur utama bifacial solar cell ini dapat mengkonversi energi dari luar ataupun dalam ruangan sehingga memiliki efisiensi yang lebih tinggi saat digunakan,” lanjutnya.

Inovasi yang dibawakan oleh Farah dan tim rupanya berhasil memikat dewan juri hingga membawa UNANO juara. Keberhasilan tersebut dapat diraih karena Farah dkk mampu dapat menuangkan ide kreatif yang relevan dan berfokus pada kriteria penilaian yang memiliki poin tertinggi.

“Dengan memahami secara seksama kriteria penilaian juri, kami dapat melihat poin tertinggi dari penilaian panitia dan fokus ke poin tersebut, jadi saat brainstorming kami saling memberikan ide kreatif yang paling kuat, dan memiliki potensi untuk dieksekusi dengan baik,” jelas Farah. (Wahyu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *