SURABAYA, HKS-News.com – Universitas Airlangga (Unair) menggelar acara spektakuler yang melibatkan 66 negara se-Asia. Bahkan ICAS-13 International Convention of Asian Scholars (ICAS 13) tersebut, juga meninggalkan kesan “Indah” bagi sebagian besar peserta.
Termasuk diantaranya adalah panitia yang menjadi “Pelayan” yang super duper sibuk. Baik sebelum acara maupun saat acara dihelat.
Seperti yang diceritakan oleh
Rima Firdaus, S.Hum., M.Hum. Koordinator Media dan Bandring ICAS-13. Perempuan cantik berhijab yang berpenampilan lembut tersebut mengakui, bahwa ritme pekerjaan yang dijalaninya ini, penuh “Irama”.
“Menyenangkan. Bisa naik turun,” senyumnya.
Rima menuturkan, menghadapi rekan media yang memiliki banyak informasi, kadang jalurnya cepat.
“Jadi hari ini apa, besok bisa ganti dalam hitungan detik, ada banyak perubahan. Nah yang paling sulit adalah mengantisipasi perubahan informasi yang sangat cepat itu. Tapi so far, semuanya cukup menyenangkan. Banyak respon dari peserta yang sangat positif. Karena kegiatan ini cukup besar, dengan 1500 peserta dari 66 negara, dan itu semuanya berbaur jadi satu di sini. Kemudian mengkoordinir segitu banyak peserta memang bukan hal yang mudah, tapi ketika dari peserta bilang kegiatannya sangat menakjubkan, menyenangkan, sepertinya hal yang sulit yang sudah kami lalui itu, bisa hilang, meskipun memang perjalanannya sangat berat ya,” tukasnya.
Rima menjelaskan, untuk mempersiapkan berbagai hal dalam kegiatan ini, kebetulan hitungannya bukan hari, tapi kadang jam. Jadi ada beberapa komunikasi antara satu dengan yang lain yaitu yang menjadi tim media Unair sendiri.
“Kami ada grup yang mengkoordinasi berbagai macam hal. Jika seandainya ada suatu problem di luar, misalnya ada perubahan jadwal dan lain sebagainya, kami segera bisa mengantisipasi. Jumlah panitia sendiri yang terdaftar sekitar 300-an, tapi yang tidak tercatat kayaknya lebih banyak, jadi totalnya sekitar 400-an,” sambungnya.
Menurut dosen FIB ini, dalam “memanage” dan melaksanakan tugas, pihaknya mengaku sejauh ini bisa jalan pakai mata hati.
Rima mengungkapkan, di Unair sering menggelar beberapa kegiatan akbar yang melibatkan banyak peserta dari luar negeri. Sehingga panitia yang terlibat di dalamnya sudah terbiasa memahami bagaimana menjalankan tugas yang sesuai dengan instruksi.
“Bisa diantisipasi berdasarkan pengalaman kegiatan-kegiatan sebelumnya, karena memang yang terlibat harus pinter bahasa Inggris. Untuk Surabaya sih ini kan pertama kalinya Surabaya jadi tuan rumah konferensi internasional terbesar di dunia. Harapannya Semoga nanti setelah event ini, ada banyak kegiatan yang melibatkan Surabaya dan Unair. Untuk bisa terus eksis di kancah internasional dan terus bermanfaat bagi masyarakat. Karena kegiatan ini juga pasti berdampak positif kepada ekonomi Surabaya, tentunya ada banyak hotel yang di booking dan juga melibatkan UKM-UKM,” tandasnya.
Dalam ICAS-13 ada kegiatan festival yang bersinggungan dengan masyarakat di kampung-kampung, jadi memang kegiatan ini menunjukkan sisi lain dari kota terhadap masyarakat dunia, bahwa kota itu tidak hanya megah tapi Surabaya memang ada yang namanya original kampung. Jadi kampung itu menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat internasional.
“Terima kasih kerjasama tim work yang baik, bagaimanapun kerja keras panitia pasti ada plus minusnya, tetapi mereka sudah bekerja sangat keras untuk memproseskan kegiatan ini. Dan terima kasih buat apa peserta yang sudah hadir dan memberikan banyak pujian kepada kami, terima kasih untuk semuanya,” pungkasnya.(Wahyu)