SURABAYA, HKS-News.com – Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga (UNAIR) terus menorehkan prestasi. Kini tim mahasiswa program studi kesehatan masyarakat menyabet juara 2 poster Ajang Pre-Event Geofest Kategori Umum & Mahasiswa pada The 5th International Geotourism Festival. Mereka adalah tim PHOENIX yang beranggotakan Gilang Avrilio Akbari (Angkatan 2022), Kezia Catherine Siswoko (2022), dan Putri Nur Aini Kesmas (2021).

Lestarikan Tanaman Obat Keluarga

Gilang mengatakan bencana berpotensi mengancam keanekaragaman hayati Indonesia. Berkurangnya keragaman jenis tanaman hayati akan mengurangi peluang eksplorasi senyawa obat herbal. Kawasan hutan Ijen Geopark tak luput dari ancaman defisit keanekaragaman hayati.

“Tanaman obat keluarga (TOGA) yang menjadi salah satu warisan budaya Osing di Kawasan Ijen, Banyuwangi semakin terpinggirkan dan jarang terlihat,” katanya.

Pengembangan dan budidaya potensi tanaman obat keluarga dapat terwujud lewat sustainable ethnobotany. Sustainable ethnobotany adalah rancangan konsep berkelanjutan yang melibatkan manusia dan tumbuhan yang berada dalam lingkungan. Serta kebudayaan untuk melestarikan potensi kekayaan alam yang ada. Oleh karena itu, Gilang merancang poster dengan kombinasi inovasi rancangan program yang telah berlangsung oleh salah satu anggota tim.

“Kami menyajikan poster secara ilmiah mulai dari deskripsi program, metode pelaksanaan program, dan hasil dari program yang dijalankan. Poster mengusung konsep sustainable ethnobotany di Kawasan Hutan Ijen dan Desa Tamansari,” ujar mahasiswa FIKKIA tersebut.

Sustainable ethnobotany Berbasis Sadar Bencana

Pengembangan sustainable ethnobotany kawasan Geopark Ijen juga tak terlepas dari langkah mitigasi bencana alam. Upaya mitigasi berbasis konservasi dapat menyelamatkan potensi tanaman obat keluarga dengan pembudidayaan dan penyebarluasan bibit tanaman ke rumah tiap masyarakat. Sehingga desain poster turut mengusung program Sadar Bencana.

“Itu untuk mengedukasi masyarakat agar tidak melakukan kegiatan berbahaya. Seperti melakukan pembakaran hutan yang dapat mengancam keanekaragaman hayati,” tegasnya.

Gilang bersama tim juga mendapatkan apresiasi langsung dari Bupati Banyuwangi dalam awarding pada Senin (1/7/2024). Mereka melakukan menjelajahi kawasan Ijen Geopark, seperti Situs Kawitan, Pantai Pancur, dan Savana Sadengan. Kesan senang tim tersebut dapat berlibur, menjelah sejarah alam, dan belajar geologi seperti di Pantai Pancur.

“Pantai Pancur ternyata menjadi bukti sejarah awal mula adanya aktivitas gunung berapi yang ada di Geopark Ijen seperti Gunung Raung, Kawah Ijen, dan Kaldera Ijen,” ungkapnya.(Wahyu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *