SURABAYA, HKS-News.com-
Untuk menjaring para penulis berbakat di Jatim, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Jatim bersama Perpusnas Press menggelar lomba menulis esai. Acara yang dikemas dalam kegiatan Inkubator Literasi Pustaka Nasional (ILPN) Jawa Timur tahun 2024 itu mengangkat tema “Ragam Pesona Jatim”.
Mengawali pelaksanaanya, kegiatan tersebut diawali dengan kegiatan sosialisasi ILPN Jatim tahun 2024 di Graha Pustaka, Kantor Disperpusip Jatim, Jl. Menur Pumpungan 32 Surabaya, Kamis (20/6/2024).
Bersama Pimpinan Redaksi Perpusnas Press Edi Wiyono, Kepala Disperpusip Jatim Ir. Tiat S. Suwardi, MSi membuka acara tersebut. Hadir menyaksikan kegiatan tersebut Yusron Amirulloh, Teguh Wahyu Utomo, Bambang Prakoso dari Yayasan Iqro Semesta, pejabat struktural dan fungsional di lingkup Disperpusip Jatim.
“Semestinya acara ini sudah dilaunching pada tanggal 12 Juni 2024 lalu di acara Gerakan Indonesia Membaca yang dilaksanakan di Hotel Movenpick, Surabaya. Dan sekarang baru dilaksanakan sosialisasinya,” kata Tiat S. Suwardi.
Tiat menyebut, total ada 90 peserta yang terlibat dalam sosialisasi ini. Mereka mendapat pembekalan dari sejumlah narasumber. Menurutnya, peningkatan literasi di Jatim merupakan kebutuhan yang mendesak. Disamping itu juga membutuhkan perhatian serius dari semua pihak.
“Bukan hanya tanggung jawab pemangku kepentingan yang berkutat di dunia perpustakaan saja, tetapi semua lapisan masyarakat pentahelix,” paparnya.
Saat ini, upaya pemerintah masih terfokus pada penguatan literasi dasar seperti membaca, menulis, berhitung dan berbicara saja. Sementara di negara lain, saat ini sudah melampaui semua itu.
Dirinya tak memungkiri, Indonesia masih menghadapi tantangan melek huruf, kurangnya minat baca dan rendahnya literasi sains. Disisi lain, literasi merupakan kemampuan individu dalam calistung dan berbicara serta kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
“Kemampuan literasi sangat penting dalam menentukan daya saing seseorang,” tandasnya.
Oleh karena itu perlu upaya peningkatan kemampuan literasi masyarakat yang semakin nyata. Untuk Jatim sendiri, Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) sudah mengalami peningkatan cukup signifikan. Berdasarkan kajian Perpusnas RI, pada tahun 2023, TGM masyarakat Jatim tergolong sedang yaitu mencapai 69,78. Angka ini meningkat dari tahun 2022 sebesar 68,54.
“Untuk Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) nya pada tahun 2023, Jatim sebesar 75,18. Nilai TGM dan IPLM Jatim pada tahun 2023 masih di atas rata-rata nilai nasional dengan nilai 66,77 untuk TGM dan IPLM sebesar 69,42,” terangnya.
Ia pun mengimbau agar masyarakat semakin mengeksplorasi kegemaran membaca. Salah satunya dengan mengunjungi perpustakaan di mana mereka tinggal.
“Kami juga mewadahi melalui kegiatan semacam ini. Seperti yang tengah kita laksanakan lewat acara Inkubator Literasi Pustaka Nasional Jawa Timur yang berlangsung saat ini,” ujarnya.
Nantinya, seluruh peserta mendapat bimbingan dan pelatihan serta memiliki kesempatan mengikuti kompetisi menulis buku antologi Ragam Pesona Jawa Timur. Dari peserta yang mengirimkan karya tulisnya akan dipilih 15 orang untuk mengikuti pelatihan lebih dalam lagi soal penulisan buku.
Tiat pun menambahkan, sampai saat ini kecenderungan literatur lokal di masyarakat masih sebatas bertutur saja. Sangat jarang ada yang menulis. Seperti contoh, dongeng yang dilestarikan melalui budaya bercerita dari generasi ke generasi.
“Hingga saat ini sulit menemukan rujukan berbentuk tulisan berbasis kearifan lokal,” tuturnya.
Padahal kearifan lokal mengandung nilai-nilai yang sarat dan masih sangat relevan digunakan. Maka dari itu, mantan Kepala Biro Perekonomian Setdaprov Jatim itu berharap agar program ILPN Jatim tahun 2024 ini dapat menelurkan penulis-penulis berbakat di Jatim, terutama dapat menerbitkan buku-buku bermutu. Serta berujung pada kesejahteraan masyarakat.
“Semoga semakin bisa mendorong pertumbuhan benih literasi tentang Jatim. Mengingat literasi menulis tentang kearifan lokal di Jatim masih sangat terbatas,” tandas Tiat yang dikesempatan itu pula meluncurkan Gerakan Pustakawan Menulis Buku (GPMB).
Sementara itu, Pimpinan Redaksi Perpusnas Press Edi Wiyono berharap, bimbingan teknis penulisan atau proses inkubasi ini dapat menghasilkan buku berkualitas tentang kearifan lokal sebagai warisan masa depan.
“Ini akan menjadi dasar untuk memastikan karya-karya yang dihasilkan teman-teman dari Jatim itu layak untuk terbit. Ada proses kurasi yang panjang agar ketika dibaca masyarakat, bisa mendapatkan informasi atau value yang luar biasa,” tutur Edi.
Inkubasi literasi ini akan berjalan berkelanjutan melalui roadmap yang telah disiapkan oleh Perpusnas RI. Meliputi peta jalan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
“Jangka pendeknya adalah buku yang dihasilkan, tetapi jangka panjangnya akan kita maintenance teman-teman penulis ini agar memiliki semangat dan juga interesting terhadap bidang kepenulisan. Kami beri nama Forum Inkubator Literasi Perpustakaan Nasional,” ujarnya.
Forum itu, sebut Edi, adalah sarana bagi para penulis hasil inkubasi literasi mulai tahun 2020-2024. Kegiatan itu meliputi bedah buku, talkshow, diskusi literasi dan perbukuan sebagai bagian menghidupkan kembali ekosistem penulis yang ada di daerah.
Untuk Jatim, Edi Wiyono memberikan apresiasi tersendiri. Bahwa penulisan tentang potensi provinsi paling ujung timur di pulau Jawa ini sudah sangat masif. Tetapi kebaruan atau novelty dari wisata yang selama ini belum tereksplorasi masih banyak.
“Harapan kita adalah ada kebaruan dari informasi yang dihasilkan terkait ragam pesona Jatim,” tukasnya.
Selain Jatim, ILPN juga berlangsung di 19 provinsi lainnya di Indonesia. Sejak berlangsung pada 2020 lalu, Perpusnas Press sudah mencetak dan menerbitkan 45 buku dengan lebih dari 650 penulis yang terlibat.
Edi berharap dari angka penulis itu, minimal 50 persen konsisten berkarya setelah masa inkubasi literasi. Perpusnas Press akan mencetak hasil karya penulis serta memberikan hadiah bagi mereka yang karya tulisnya dinilai bagus.
Usai pembukaan, peserta yang hadir diberikan pemahaman tentang tips penulisan. Pertama disampaikan Yusron Amirulloh. Materi yang dibagikan seputar pengalaman soal dunia penulisan ragam kearifan lokal.
Selain itu, ada Teguh Wahyu Utomo yang mengupas bagaimana seseorang menghasilkan karya esai yang menarik dan layak terbit. Lalu Bambang Prakoso mengupas soal pentingnya penulisan kearifan lokal Jatim.(Yul)