SURABAYA, HKS-News.com-

Pergi haji ke Baitullah bukanlah soal seberapa banyak harta yang kita punyai melainkan seberapa barokah rezeki kita sehingga Allah SWT memilih hamba-Nya untuk menjadi tamu di Baitullah.

Begitu juga dengan yang dialami Supiyah, jemaah haji kloter 15 asal Kota Surabaya, yang sehari-hari menjadi tukang pijat keliling di Surabaya. 

Perempuan berusia 60 tahun ini tak menyangka jika ia bisa berangkat menunaikan ibadah haji tahun 2024 ini. 

Supiyah sudah bekerja sebagai tukang pijat keliling, sejak usia 17 tahun, bahkan di usianya yang sudah lanjut usia (lansia) dia masih menjalankan profesinya tersebut. 

Dia mampu memijat kurang lebih dua jam untuk sekali pijat. Dari hasil kerja kerasnya memijat dari rumah ke rumah, dia menyisihkan uang Rp 10 ribu setiap harinya selama 24 tahun.

“Penghasilan saya tak tentu, kalau sebentar kadang dibayar 30 ribu, ada juga yang membayar 70 ribu,” tutur warga Jalan Sombo, Surabaya ini. 

Penghasilannya yang tak tentu, tak menyurutkan  harapan Supiyah untuk mewujudkan cita-cita sejak ia masih muda, yakni menunaikan rukun Islam kelima. Dari tekad kuat tersebut, Supiyah tekun menabung hingga pada suatu ketika ia dapat membeli emas seberat 60 gram untuk mendaftar biaya haji di tahun 2010 sebesar Rp 25 juta. Dia terus berjuang untuk bisa melunasi biaya perjalanan ibadah haji.

“Meskipun penghasilan saya tidak tetap, Alhamdulillah sedikit demi sedikit saya bisa nabung untuk haji yang penting tekadnya kuat,” tuturnya.

Supiyah mengaku seharusnya berangkat haji di tahun 2021, namun karena pandemi Covid-19 membuatnya tidak bisa berangkat ke tanah suci, keberangkatan ibadah haji pun ditiadakan.

“Harusnya 2021 berangkat tapi karena Covid-19 akhirnya mundur dan juga baru sempat ada uang juga untuk melunasi, akhirnya berangkat tahun ini,” ungkap ibu lima anak tersebut.

Supiyah sudah menyiapkan doa khusus ketika di tanah suci. Ia berharap agar senantiasa diberikan kesehatan, murah rezeki dan panjang umur.  

“Ya doanya gak banyak-banyak diberi sehat, lancar rezeki dan panjang umur,” ujar Supiah.

Bahkan ketika nanti di Arab Saudi ada yang memintanya untuk memijat maka dia sanggup melakukan itu, asalnya tidak mengganggu waktu ibadah.

“Waktu masuk di asrama haji saja sudah ada yang pijat. Alhamdulillah diberi imbalan Rp 50 ribu. Ya nanti jika sudah di Makkah ada yang minta pijat ya tetap dilayani kan membantu orang dapat pahala,” pungkasnya.(Yul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *