SURABAYA, HKS-News.com|

Magang dan Studi Independen Bersertifikat Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MSIB MBKM) merupakan program persiapan akan karir di masa depan yang diinsiasi oleh pemerintah. 

Mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) turut memanfaatkan kesempatan ini, salah satunya Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unair, Hanafi Al Rasyid. 

Hanafi berkesempatan mengikuti program MSIB batch 6 di Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah, cabang Ponorogo. Program tersebut berlangsung sejak bulan Februari hingga Juni. 

Hanafi menyatakan bahwa pengalaman MSIB di BTPN Syariah memberikan banyak pembelajaran untuknya sebagai mahasiswa Ekonomi Islam. 

“Banyak belajar disini, kaya profesionalitas kerja, belajar praktikal dari materi di kelas dengan pembiayaan syariah, apalagi orientasi karirku kan perbankan dan funding. Aku juga belajar hubungan sosial bermasyarakat karena BTPN Syariah ini fokusnya pemberdayaan wirausaha ke desa-desa terpencil,” tutur laki-laki berdarah Minang itu. 

Pemberdayaan UMKM 

Hanafi menyebutkan bahwa disana ia berperan sebagai penggerak pasar daya. Sesuai namanya, ia akan terjun langsung ke desa-desa sesuai penempatannya, yakni lima belas desa yang terletak di Kecamatan Mlarak, Ponorogo. Tugasnya ialah melakukan pemantauan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sekaligus memberdayakan pemasaran di desa-desa yang terletak dalam kawasan Kecamatan Mlarak. 

“Orang-orang disini usahanya tuh bagus, tapi banyak yang masih belum masif pemasarannya. Kadang juga ada yang ga lancar (usahanya) karena tidak punya modal. Jadi tugas kita membantu dalam hal modal dengan pembiayaan syariah dari BTPN dan bantu mereka memasarkan produknya, bisa lewat pemasaran online. Kita memfasilitasi dengan akun Instagram dan Shopee dan kita bantu upload juga. Aku juga bantu foto dan videokan produknya supaya hasilnya lebih proper untuk dipromosikan,” ungkapnya. 

Tantangan Magang dan Belajar Bermasyarakat 

Sebagai seorang pekerja lapangan, Hanafi menyebutkan tantangan dalam menjalani program magang ini adalah saat menjangkau lokasi-lokasi pelosok yang aksesnya sulit. Jarak masing-masing desa yang berjauhan dan akses listrik yang beberapa kali padam juga menjadi tantangan tersendiri untuknya.

Namun, selain tantangan yang dihadapi, banyak pengalaman sosial bermasyarakat yang ia dapatkan dengan magang di Kecamatan Mlarak. Disamping itu, sikap warga yang hangat membuatnya merasa lebih mudah diterima oleh masyarakat. 

“Struggle-nya waktu mencapai lokasi sih.Tapi semua itu terbayarkan dengan bertemu orang-orang desa sini yang sangat hangat, baik, dan terbuka. Bahkan beberapa ibu disini sudah menganggap aku seperti anak mereka sendiri. Mereka juga sangat ramah dan kami akan saling sapa setiap aku lewat,” terangnya.

Pelajaran Hidup yang Bermanfaat

Banyak perspektif lain yang Hanafi dapatkan setelah sekitar satu bulan menjalani magang. Tidak hanya relasi atau insentif yang ia petik dari pengalaman magangnya, tetapi juga pelajaran hidup.

Hanafi mengaku pengalaman itu membuatnya melihat fenomena tentang masih banyaknya keluarga yang membutuhkan bantuan dana dan modal. Ia juga menyadari besarnya semangat pelaku UMKM di tengah kesulitan yang mereka hadapi.

“Semangat mereka untuk mendirikan dan membesarkan usaha bikin aku termotivasi untuk magang, karena disini aku jadi tahu kalau semua orang punya kesulitannya masing-masing dalam mencari nafkah,” ujar mahasiswa semester enam itu.

Di akhir, Hanafi berharap program yang ia ikuti dapat turut serta mengembangkan perekonomian warga Kecamatan Mlarak dari sektor UMKM. 

“Semoga dengan semakin banyaknya keluarga yang mendapat permodalan dan edukasi pemasaran dapat memberikan manfaat untuk warga disini dan bisa diajarkan ke anak cucunya nanti supaya bisnisnya berkembang,” ucapnya. 

Ia juga berpesan kepada teman-teman pejuang magang, untuk tidak lupa menyertakan niat menuntut ilmu dan menggali pengalaman, serta lakukan sesuai dengan passion, agar hasilnya maksimal.(Yul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *