SURABAYA, HKS-News.com|
Empat mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) menciptakan terapi rekreasional berbasis sensory garden untuk memberdayakan lansia di Kelurahan Wonorejo, Surabaya.
Mereka adalah Shafira Tri Adisti, Putu Angita Gayatri, Dida Amanda Pratiwi, dan Annisa Putri Soegiharto. Inovasi yang mereka usung itu berhasil meraih pendanaan dari Kemdibukristek melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Pengabdian Masyarakat (PM) tahun 2023.
Shafira Tri Adisti selaku ketua tim mengatakan bahwa terapi sensory garden mampu mengintervensi lansia untuk merangsang indera sentuhan, perasa, penglihatan, penciuman, dan pendengaran. Bahkan menurut beberapa studi, kegiatan hortikultura terbukti dapat meningkatkan well-being, keterlibatan dalam kegiatan, dan pengaruh positif bagi lansia yang mengalami demensia.
“Aktivitas fisik dan kognitif yang rendah merupakan salah satu penyebab dari munculnya gejala awal demensia pada lansia. Sebagian besar lansia yang ada di Kelurahan Wonorejo telah menunjukkan gejala-gejala awal demensia. Demensia ini berpengaruh pada rendahnya tingkat well-being atau kesejahteraan lansia,” imbuhnya.
Miliki Beberapa Aktivitas Terapi
Shafira menuturkan, terapi sensory garden tersebut memiliki beberapa aktivitas. Pertama, mini soil atau sand box, aktivitas multisensori yang memperkenalkan lansia pada media tanah dan pasir. Kegiatan tersebut dapat bermanfaat untuk menghangatkan otot tangan lansia.
Kedua, menanam tanaman, aktivitas tersebut memperkenalkan lansia pada warna, aroma, dan tekstur bibit tanaman sehingga dapat merangsang panca indera mereka.
“Ada juga kegiatan merangkai bunga. Kegiatan ini berfungsi untuk melatih koordinasi tubuh dan merangsang indra peraba, penciuman, dan penglihatan. Kegiatan merangkai bunga juga dipercaya dapat meningkatkan well-being melalui rangsangan-rangsangan yang diberikan,” jelasnya.
Selain itu, aktivitas sensory garden juga dapat membantu lansia untuk mengingat dan mengenang kembali memori-memori mereka. Dalam hal ini, para lansia dapat melakukan aktivitas eksplor bau terhadap bunga dan daun-daunan dan saling bercerita satu sama lain.
“Tanaman atau hasil alam tertentu memiliki ikatan yang kuat dengan memori berharga yang dimiliki lansia. Dengan mengumpulkannya menjadi satu dan menceritakan makna di balik benda tersebut membuat lansia berlatih untuk mengenang memori, khususnya memori yang penting dalam hidupnya,” paparnya.
Tantangan dalam Interaksi
Pada akhir, mahasiswa asal Sidoarjo itu mengaku bahwa proses penelitian tersebut memerlukan waktu yang cukup lama. Ia dan tim harus mengurus perizinan dengan berbagai pihak dan melakukan survei lokasi untuk dapat melakukan penelitian.
“Karena ini targetnya adalah lansia jadi kami harus bisa menempatkan diri gimana caranya biar tidak menyinggung lansia. Tantangan lainnya yaitu ketika kami juga harus berinteraksi dengan warga di daerah sana, membangun relasi agar ketika kami sudah melaksanakan kegiatan semuanya bisa berjalan lancar,” tukasnya. (Yul)