SURABAYA, HKS-News.com|

Sejumlah peneliti Universitas Airlangga (Unair) baru saja mendapat penghargaan sebagai top 100 peneliti terbaik di Indonesia. Salah satu di antara para peneliti tersebut adalah Prof Muhammad Miftahussurur, dr, MKes, SpPD-KGEH, PhD, FINASIM. 

Peneliti yang kini juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Internasionalisasi, Digitalisasi, dan Informasi (IDI) Unair itu berhasil masuk dalam jajaran 100 peneliti terbaik Indonesia bidang kesehatan.

Sepak Terjang Penelitian

Meraih pencapaian tersebut tentu bukanlah hal yang mudah. Pasalnya, butuh kerja keras dan ketekunan dalam menjalankan seluruh proses, mulai dari pendidikan, penelitian dan pengembangan, hingga publikasi.

Prof Miftah bercerita bahwa sebelum meraih prestasi gemilang itu, ia sempat melalui kegagalan. Menjadi spesialis penyakit dalam sebenarnya bukan pilihan utama Prof Miftah. Akan tetapi, takdir membawanya untuk menekuni bidang itu hingga saat ini.

“Dulu saya mau ambil spesialis tulang tapi nggak diterima, malah jadinya ambil spesialis penyakit dalam. Ya, tapi itulah yang akhirnya membawa saya berangkat ke Jepang melanjutkan pendidikan,” ucap Prof Miftah.

Saat ini, bidang studi Prof Miftah berfokus pada helicobacter pylori dan microbiota. Menurut Prof Miftah, bidang studinya itu memiliki peluang kajian yang begitu besar di dunia kesehatan. Pasalnya, jenis bakteri itu telah ditetapkan sebagai bakteri karsinogen oleh WHO dan bidang tersebut masih belum banyak berkembang di Indonesia.

“Saya fokus pada sebuah bakteri yang ditetapkan oleh WHO sebagai bakteri karsinogenik pada lambung tapi tentunya bakteri ini sudah ditemukan berbagai cara untuk eradikasi di seluruh dunia. Selain itu, kita tahu bahwa lahan penelitian dan grand-nya di Indonesia bisa leluasa berkembang,” papar Alumnus Oita University, Jepang itu.

Dengan penuh ketekunan, Prof Miftah dan grup risetnya bahkan tengah mempersiapkan pembentukan fecal material transplant center. Center itu disinyalir akan menjadi yang pertama di Indonesia.

“Kita sedang siapkan saat ini yaitu mendirikan fecal material transplant center di Indonesia, yang nantinya akan mengobati beberapa penyakit dengan indikasi tertentu melalui transplantasi feses dari manusia,” terang Prof Miftah.

Manfaatkan Peluang

Meski sempat mengalami kegagalan, tetapi peneliti kelahiran Sidoarjo itu tidak lantas menyerah. Ia selalu berupaya memaksimalkan diri dan memanfaatkan peluang yang ada di depan mata kendati itu tidak sesuai dengan harapannya semula.

“Ada kalanya kita harus menghargai dan merawat kesempatan dan peluang yang diberikan di depan kita walaupun tidak sesuai idealisme. Meski bidang ini bukan pilihan saya dari awal, tetapi ternyata saat sudah masuk dan menekuni itu hingga ke dalam, akhirnya saya juga menemukan apa yang selama ini saya idam-idamkan juga,” tuturnya.

Pada akhir, Prof Miftah berpesan agar para mahasiswa maupun peneliti lainnya untuk senantiasa melakukan yang terbaik di bidang tempat mereka bergelut. Menurutnya, dengan menguatkan hati dalam merawat apa yang telah dimiliki saat ini, maka pada akhirnya akan tetap diperoleh sebuah jawaban atas apa yang dicita-citakan.

“Karena kita nggak pernah tahu bahwa ada hal-hal yang kita inginkan tapi ternyata kesempatan yang ada bukan itu. Akan tetapi, ketika kita menguatkan hati untuk merawat kesempatan itu maka nanti pada akhirnya juga akan menemukan titik temu,” pungkasnya. (Yul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *