SURABAYA, hks-news.com|

Prof Dr Phil Toetik Koesbardiati resmi menyandang gelar guru besar di bidang paleoantropologi. Gelar itu ia peroleh selepas prosesi pengukuhan Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) yang berlangsung di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen, Kampus MERR-C UNAIR, Kamis (27/7/2023).

Pada acara pengukuhan itu, Prof Toetik menyampaikan orasi ilmiahnya yang bertajuk Memberi Kesempatan Bicara pada Si Mati. Melalui orasi itu, ia menerangkan pentingnya peran ilmu paleoantropologi yang selama ini ia geluti.

Tentang Kajian

Prof Toetik menerangkan bahwa paleoantropologi merupakan suatu sub-bagian dalam kajian antropologi ragawi.

Paleoantropologi memiliki kajian dengan ranah yang sangat luas, salah satunya adalah tentang perkembangan manusia.

Perkembangan manusia pada dasarnya dapat dilihat melalui aktivitas migrasi manusia yang terjadi pada masa lalu. Aktivitas migrasi tersebut, menjadi ruang pembuka bagi munculnya keberagaman fisik maupun budaya seperti saat ini. 

Untuk itu, pengetahuan tentang proses perkembangan tersebut penting untuk dipahami untuk menghindari diskriminasi antargolongan manusia.

“Kalau kita paham tentang perkembangan manusia dan migrasi, maka kita tidak akan mendiskriminasi siapa pun. Karena, kita tahu bahwa ketika migrasi dari berbagai populasi bergabung, maka semua akan membentuk keberagaman. Keberagaman adalah keberagaman, tidak bisa diseragamkan,” ujar dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Unair itu.

Peran Paleoantropologi

Dosen kelahiran Surabaya itu menjelaskan bahwa paleoantropologi memiliki cakupan ruang lingkup yang begitu luas. Ilmu ini tidak hanya mempelajari manusia pada masa lalu, tetapi juga mempelajari manusia dalam konteks masa kini. 

Karena itu, ilmu ini seringkali diaplikasikan bersama multidisiplin ilmu lainnya, khususnya dalam mengkaji permasalahan di masyarakat.

Meski peminat ilmu ini terbilang jarang, paleoantropologi nyatanya memiliki peranan yang sangat penting sebagai pendukung penelitian di bidang lain. Terbukti, Prof Toetik telah banyak terlibat dalam kegiatan penelitian dan identifikasi dengan pihak-pihak di bidang kedokteran dan forensik.

“Terima kasih kepada Pusat Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Negara Republik Indonesia maupun Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda Jatim, serta para sejawat dari kedokteran forensik yang selalu melibatkan saya dalam setiap kegiatan identifikasi,” ucap Gubes Fisip Unair ke-22 itu.

Muara Ilmu

Prof Toetik menyampaikan bahwa salah satu muara dari ilmu paleoantropologi yang selama ini ia geluti adalah berdirinya museum etnografi dan pusat kajian kematian Fisip Unair. Saat ini, Prof Toetik tengah mengupayakan jalinan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk dengan institusi dan akademisi luar negeri. 

Prof Toetik berharap, keberadaan museum tersebut dapat menjadi salah satu sarana pembelajaran unggulan yang dimiliki oleh Unair.

“Muara dari ilmu ini saya wujudkan dalam bentuk museum etnografi FISIP. Semoga museum ini bisa menjadi sarana belajar unggulan karena di sana ada banyak koleksi menarik. Kemudian kami juga berharap bisa membangun kerja sama dengan akademisi luar negeri, sehingga kami berharap semoga nantinya museum ini bisa lebih maju,” tegasnya. (Yul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *