SURABAYA, hks-news.com|
Universitas Airlangga (Unair) telah banyak melahirkan inovasi di berbagai bidang, salah satunya pencucian sarang walet. Inovasi itu berupa pembersih sarang walet dengan pemanfaatan enzim lakase.
Produk tersebut merupakan hasil kerja sama antara Dosen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Unair, Drs Agus Supriyanto MKes dengan startup rintisan alumni Unair yang bergerak pada bidang budidaya walet, PT Lentera Alam Nusantara.
Perjalanan Penelitian
Menurut penuturan CEO PT Lentera Alam Nusantara Muhammad Fairuzzuddin Zuhair, pembuatan enzim pembersih sarang walet bermula dari kendala saat proses pencucian sarang walet.
Laki-laki yang akrab disapa Fairuz itu mengatakan, selama ini pencucian sarang walet masih dilakukan secara tradisional yang mana memiliki kelemahan.
Ia mengungkap, kadar nitrit yang terkandung dalam sarang walet dapat mempengaruhi derajat keputihan dan kebersihan sarang burung walet. Akibatnya, proses pencucian sarang walet membutuhkan waktu lama dengan jumlah yang terbatas.
“Sarang walet yang baru panen masih berwarna kuning sehingga harus dicuci terlebih dahulu. Selanjutnya, pencabutan bulu sarang walet menggunakan pinset untuk menghilangkan kotoran. Nah, proses inilah terkadang tidak bersih secara menyeluruh,” terang Fairuz, Selasa (25/7/2023).
Dari persoalan itu, ia kemudian menggandeng dosen FST Unair guna mengembangkan inovasi pencucian sarang walet yang optimal. Kolaborasi tersebut menghasilkan enzim lakase sebagai pembersih sarang walet.
Enzim lakase, berfungsi untuk meningkatkan derajat putih saat pemutihan sarang walet, mengurangi pemakaian bahan kimia dan limbah berbahaya, serta sesuai dengan standar keamanan pangan pada sarang walet.
“Adanya enzim ini sangat membantu proses pemutihan sarang walet sekaligus tingkat kebersihannya mencapai 98 persen. Semakin bagus derajat keputihan sarang walet, maka semakin meningkat pula harga jualnya,” jelas alumnus Matematika itu.
Sementara dari sisi kuantitas, Fairuz menyebut, proses produksi sarang walet akan mengalami peningkatan dengan penggunaan enzim lakase. Setiap orang yang semula hanya membersihkan sarang walet sebanyak 80 hingga 100 gram per hari menjadi 120 gram per hari.
Kini, ekosistem Markas Walet telah menyediakan layanan pencucian sarang walet dengan enzim lakase. Lebih lanjut, pihaknya juga memperluas area penelitian terkait dalam program pendanaan Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju-Perusahaan Pemula Berbasis Riset (RIIM-PPBR) yang digagas oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Kelanjutan Inovasi
Selain pemanfaatan enzim lakase, Fairuz juga melibatkan peran mahasiswa dalam riset terbarunya mengenai pencucian sarang walet. Riset tersebut mengukur konsentrasi lerak terhadap penurunan kadar nitrit pada sarang walet.
“Harapannya dari penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa ekstrak lerak berpengaruh dalam menurunkan kadar nitrit. Sehingga perendaman sarang burung walet dengan air ekstrak lerak dapat menjadikannya lebih jernih,” ujar Fairuz.
Dengan kemudahan produksi sarang walet, ia berharap dapat meningkatkan jumlah ekspor sarang walet dan membuka lapangan pekerjaan baru.
“Pencucian sarang walet bisa dilakukan oleh orang tanpa keahlian khusus karena proses pembersihan bulu sarang walet kini semakin mudah,” pungkasnya. (Yul)