SURABAYA, hks-news.com|

Kasus hiperbilirubinemia pada bayi (bayi kuning) hingga kini masih menjadi permasalahan genting di Indonesia. Kasus kelebihan kadar bilirubin ini biasanya sering terjadi pada bayi baru lahir. Jika tidak segera mendapatkan penanganan, bayi dengan hiperbilirubinemia berpotensi mengalami dampak terburuk berupa kematian.

Menyikapi permasalahan tersebut, Neonatal Research Group Fakultas Kedokteran (FK) Unair menggelar pengabdian masyarakat (pengmas) berupa sosialisasi dan pelatihan inovasi tatalaksana pada bayi dengan hiperbilirubinemia (bayi kuning). Kegiatan tersebut berlangsung di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aji Batara Agung Dewa Sakti Samboja, Balikpapan, Kalimantan Timur pada Kamis (20/7/2023).

Ketua pelaksana pengmas, dr Mahendra Tri Arif Sampurna Sp A(K) PhD mengungkapkan bahwa kegiatan pengmas ini bertujuan untuk membantu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pengobatan bayi kuning di RSUD Aji Batara Agung Dewa Sakti Samboja.

“Kami melakukan sosialisasi dan pelatihan inovasi dengan tujuan meningkatkan pemahaman dan kualitas pelayanan kesehatan pada mitra kami yaitu RSUD Aji Batara Dewa Sakti khususnya dalam tatalaksana neonatal hyperbilirubinemia (bayi kuning, red),” ujar dr Mahendra.

Kenalkan Inovasi Teknologi Kesehatan

Dalam kesempatan yang sama, dr Mahendra bersama tim mengenalkan tiga inovasi teknologi kesehatan karya civitas akademika Unair sebagai upaya penanganan kasus bayi kuning. Inovasi tersebut antara lain berupa BiliNorm, AirBiliNest, dan AirBilisun.

“Pada kegiatan ini kami mengenalkan tiga inovasi teknologi alat kesehatan terbaru karya civitas akademika UNAIR, yaitu aplikasi BiliNorm, AirBiliNest, dan AirBiliSun. Inovasi ini nantinya akan membantu penanganan dan pengobatan pada kasus bayi kuning,” terangnya.

Lebih lanjut, Dokter Konsultan Neonatologi FK Unair itu memberikan penjelasan fungsi dari ketiga inovasi tersebut. Pertama, BiliNorm merupakan sebuah aplikasi deteksi dini yang berisi clinical pathway untuk membantu tenaga medis menentukan tindakan dalam tatalaksana bayi kuning berdasarkan saran dari aplikasi.

Kedua, AirBiliNest. Sebuah produk fototerapi portable yang menyediakan dosis fototerapi terukur. Inovasi ini dapat membantu menurunkan kadar bilirubin tanpa mengurangi kelekatan dengan ibu karena produk ini didesain sesuai dengan pemosisian rahim ibu. 

Ketiga, AirBiliSun. Hadir sebagai sebuah inovasi fototerapi bayi kuning dengan memanfaatkan energi sinar matahari. 

Inovasi keempat adalah photoinmeter. Alat ini merupakan alat pengukur intensitas fototerapi. Photoinmeter ini hadir sebagai sebuah inovasi alat pengukur intensitas fototerapi bayi kuning dengan memanfaatkan teknologi mesin learning. 

Dengan demikian, inovasi ini dapat menjadi solusi fototerapi bayi kuning khususnya pada wilayah dengan akses listrik yang masih minim.

dr Mahendra mewakili tim berharap agar kegiatan pengmas dapat memberikan dampak positif, khususnya dalam hal peningkatan kualitas layanan dan tindakan pada kasus bayi kuning di Balikpapan.

“Semoga kegiatan ini dapat menjadi ajang untuk belajar bersama bagi seluruh tenaga medis RSUD Aji Batara Dewa Sakti. Selain itu, besar harapan kami agar kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas layanan dan tindakan pada kasus bayi kuning di Balikpapan,” pungkasnya.

Sebagai informasi tambahan, kegiatan pengmas ini juga melibatkan Niko Azhari Hidayat dr SpBTKV (K), Andi Hamim Zaidan MSi PhD, Dr Muhammad Faizi dr SpA(K), dr Imella Marcos SpA, Zida Husnina SKM MPH, Muhammad Rizky Widodo SKM, Visoddho SKed, Syah Reza Budi Azhari, serta tim Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK Unair. (Yul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *