PASURUAN, hks-news.com|
Menjelang tahun ajaran baru 2023/2024, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan kembali mengadakan workshop Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) bagi guru sekolah dasar negeri dan swasta Kecamatan Pandaan. Kali ini diikuti 60 guru kelas II dan 60 guru kelas V. Berlangsung di aula SD Maarif Jogosari Pandaan pada Senin sampai Rabu (10-12/7/2023).
Acara dibuka Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Kabupaten Pasuruan, H. Hasbullah. S.Pd, M.Pd, yang memberi pengarahan seputar kurikulum merdeka. Berbeda dengan pejabat lain yang lazimnya bergaya formal, Kadis yang satu ini tergolong public speaker yang menarik.
Topik IKM disampaikan secara substantif disertai contoh-contoh praktis trik mengajar agar siswa dapat tersedot perhatiannya, tanpa harus dipaksa-paksa dengan perintah “ayo perhatian, jangan ramai sendiri.” Maklum, Hasbullah dulu memang pernah menjadi guru SMP.
Menurut Hasbullah, wajar kurikulum berubah untuk mengikuti perkembangan zaman. Tetapi apapun kurikulumnya yang terpenting adalah faktor kehadiran guru, termasuk di dalamnya adalah keberadaan guru beserta mindset yang ada dalam pikirannya.
Jadi, meskipun kurikulum diganti sekian kali, kalau mindset guru dan cara mengajarnya tidak berubah ya bakal sia-sia.
“Kalau mengajarnya pancet: anak-anak buka halaman 20, kerjakan soal di situ, waktunya 30 menit, lalu gurunya main hape, ya percuma,” katanya.
Dalam pandangannya, kehadiran guru di dalam kelas hendaknya total jiwa raga agar berdampak maksimal bagi siswanya, serta bernilai ibadah bagi gurunya sendiri. Setidaknya ada tiga kehadiran yang harus dipertunjukkan, dan itu sekaligus menjadi indikator kesuksesan seorang pendidik.
“Pertama, kehadirannya diharapkan. Kedua kehadirannya menyenangkan. Ketiga, kehadirannya membawa manfaat,” sambungnya.
Dicontohkan, bila ada seorang guru tidak masuk sehari saja, siswanya sudah sudah bertanya: “Bapak kemarin tidak masuk, kemana?”. Ketika dijawab Pak Guru sakit, siswa spontan menjawab, “jangan sakit-sakit Pak, saya doakan sehat terus.”
Menurut Hasbullah, hal ini pertanda bahwa siswa benar-benar mengharapkan kehadiran guru yang bersangkutan.
Sikap berbeda akan ditunjukkan oleh siswa kepada sosok guru yang galak dan tidak pernah bikin suasana menyenangkan di kelas.
“Begitu dia masuk pintu gerbang sekolah, siswa sudah saling berbisik dengan temannya: Hey Rek…lihat macannya datang lagi…,” sebutnya disambut dengan tawa oleh peserta workshop.
Dengan demikian guru hendaknya menjadi figur yang diharap kehadirannya karena memang menyenangkan saat proses belajar dan mengajar berlangsung. Pelajarannya yang disampaikan benar-benar bermanfaat bagi siswanya. Itu intinya, apapun kurikulumnya.
Salah satu ciri IKM adalah penerapan pembelajaran diferensiasi. Yaitu layanan belajar mengajar yang memberi perhatian kepada keberagaman karakteristis dan tingkat kecerdasan siswa yang berbeda-beda. Hasbullah memberikan ilustrasi berdasar pengalaman praktis.
Pada pelajaran Matematika topik penjumlahan bilangan untuk anak SD hendaknya disertai contoh yang konkret. Bilangan plus artinya punya uang, sedang bilangan negatif berarti utang.
“Punya uang 5 tambah punya uang lagi 3 maka jumlahnya berapa?. Punya uang 10 lalu diutang 5, tinggal berapa?,” tanyanya memberi contoh.
Lalu seluruh siswa diberi sejumlah soal. Dalam tempo 10 menit segera ditanyakan, siswa yang berhasil menyelesaikan 10 soal diharap angkat tangan. Lalu nama-namanya dicatat sebagai data kelompok anak kategori pandai. Setelah itu siswa diberi waktu lagi untuk mengerjakan soal. Dalam tempo 10 menit ditagih lagi, nama siswa dicatat lagi lalu dimasukkan kepada kelompok anak normal. Demikian juga seterusnya, sehingga terbentuk lagi data kelompok anak lambat belajar.
“Pengelompokan inilah yang dijadikan data dasar mengajar. Anak pandai diberi soal tambahan yang lebih sulit. Anak normal diberi soal standar, dan anak kelompok lambat diberi soal yang mudah. Nanti, kelompok anak pandai terus dipacu, silakan diberi materi pelajaran kakak-kakak kelasnya. Kalau ada lomba olimpiade matematika, ya anak-anak ini yang ditampilkan, pasti hasilnya bagus,” pungkasnya.
Begitulah cara Hasbullah menjelaskan praktik pembelajaran diferensiasi sebagaimana yang dikehendaki Kurikulum Merdeka.(Yul)