SURABAYA, hks-news.com|
Prestasi membanggakan kembali diraih oleh alumnus Universitas Airlangga (Unair). Farizal Rizky Muharam namanya, alumnus Fakultas Kedokteran (FK) Unair tersebut berhasil diterima di Harvard Medical School, Harvard University.
Ia mengambil program Master Global Health Delivery untuk melanjutkan studi master di Harvard University. Farizal beralasan bahwa saat ini dunia kesehatan tengah diuji terkait kesenjangan dan kebijakan. Hal ini memunculkan semangat pada dirinya untuk melihat kesehatan secara luas.
Bocorkan Rahasia
Lalu bagaimana cara Farizal bisa menembus salah satu perguruan tinggi terbaik dunia tersebut?
Hal pertama yang harus dilakukan bagi masyarakat adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai jika belajar di luar negeri. Tujuan ini menurut Farizal adalah hal yang penting untuk menentukan langkah yang akan dilakukan selanjutnya.
“Kita harus paham tujuan yang mau dicapai dan apa dampak yang bisa diberikan saat pulang ke Indonesia nanti. Kalau alasan kita kuat maka semua prosesnya akan mengikuti,” katanya.
Langkah kedua adalah membangun rekam jejak yang baik. Rekam jejak yang baik ini akan terlihat pada daftar riwayat hidup. Saat menyusun daftar riwayat hidup, Farizal menyarankan untuk berfokus pada bidang yang ingin dipelajari di Harvard University.
“Saya fokusnya pada kebijakan kesehatan. Jadi yang saya tonjolkan adalah pengalaman organisasi, relawan, hingga internship. Saya juga memasukkan pengalaman penelitian terkait dengan kebijakan publik,” jelasnya.
Ia turut menambahkan bahwa jangan segan untuk selalu berdiskusi dengan dosen dan membina hubungan baik dengan mereka. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi calon mahasiswa Harvard University adalah adanya surat rekomendasi. Surat ini bisa diterbitkan oleh instansi tempat kerja atau dosen saat kuliah.
“Saat berhubungan sama dosen-dosen, saya banyak berdiskusi dengan mereka dan membina hubungan baik. Jadi jika meminta rekomendasi nantinya lebih mudah dan tidak bingung,” tambahnya.
Hal tak kalah penting adalah kemampuan bahasa Inggris. Kesulitan setiap orang pada komponen kemampuan bahasa Inggris berbeda-beda. Farizal mengungkapkan bahwa ia sempat kesulitan pada komponen writing dan speaking. Namun hal ini tak jadi kendala berarti karena ia hadir di lingkungan yang mendukung setiap proses yang dilaluinya.
“Kalau dari writing saya coba untuk menulis paper. Kalau speaking, latihan bersama teman-teman melatih kemampuan bicara sekaligus diskusi,” ungkapnya.
Saat ini untuk mengikuti tes kemampuan bahasa Inggris cukup mudah. Masyarakat bisa menggunakan aplikasi tes kemampuan bahasa Inggris yang bisa diakses dimana saja. Biaya yang dikeluarkan juga lebih murah. Beberapa kampus dunia telah memperbolehkan calon mahasiswanya menggunakan aplikasi ini, salah satunya Harvard University.
“Tes melalui aplikasi sama saja sulitnya dengan tes yang biasa dilakukan pada umumnya. Hanya saja biaya yang dikeluarkan lebih murah dan bisa dilakukan dimana saja,” ujarnya.
Penerima beasiswa LPDP tersebut berpesan kepada masyarakat untuk terus bermimpi setinggi mungkin. Ia optimis bahwa kemampuan masyarakat Indonesia tidak kalah dengan negara lain.
“Anak Indonesia itu nggak kalah sama orang dari negara lain. Kalau kita bermimpi maka carilah jalan. Jangan lupa berdoa dan minta restu orang tua,” pungkasnya. (Yul)