SURABAYA, hks-news.com|

Banyaknya kejanggalan dalam melakukan transaksi impor produk dari luar negeri, menimbulkan berbagai spekulasi, salah satunya adalah terkait impor kedelai dari Amerika Serikat.

Kedelai impor dari Amerika Serikat, disinyalir mengandung GMO atau Genetically Modified Organism, merupakan organisme yang dibuat menggunakan teknik rekayasa genetika untuk menambahkan sifat-sifat yang diinginkan. Misalnya, untuk meningkatkan pertumbuhan, kandungan nutrisi, atau ketahanan dari penyakit.

Terlebih bahwa kedelai tersebut sebenarnya diperuntukkan bagi makanan hewan, namun di Indonesia kedelai tersebut menjadi bahan baku pembuatan tempe yang dikonsumsi manusia. 

Menanggapi fenomena tersebut, anggota DPRD provinsi Jatim Hikmah Bafaqih MPd malah mengajukan pertanyaan, kenapa pemerintah masih mengimpor kedelai dari Amerika Serikat jika memang kedelai impor tersebut disinyalir berpotensi memicu terjadinya kanker serviks.

“Kalau sudah tahu kan mestinya dihentikan. Klo sebuah produk, apalagi itu barang impor yang membahayakan kesehatan manusia, seharusnya tidak diijinkan. Atau kalau sudah terpaksa terbeli, ya harus dihentikan, jangan memberikan kesempatan kepada para importir untuk terus bertransaksi produk-produk berbahaya,” terang wakil ketua komisi E DPRD provinsi Jatim ini.

Ketua Perempuan Bangsa ini menuturkan, pemerintah harus bisa mengatur regulasi transaksi jual beli produk, terutama jika produk tersebut berasal dari luar negeri. 

Hikmah menegaskan bahwa pihaknya meminta pemerintah juga harus melibatkan Kemenkes, jika produk tersebut berkaitan dengan kesehatan, terlebih jika dikonsumsi oleh masyarakat.

“Harus ada rekomendasi dari Kemenkes, juga BPOM karena menyangkut keselamatan manusia. Kenapa kedelai impor yang disinyalir sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat ini kok tetap diimpor. Ini menjadi pertanyaan, bagaimana peran pemerintah terhadap regulasi perniagaan, kok sampai terjadi seperti itu. Untuk barang pangan itu memang harus selektif, harus ada aturan-aturan tertentu yang ditegakkan. kasus yang terjadi untuk kedelai yang diindikasikan, saya katakan diindikasikan ya, karena tentu harus melalui proses lagi untuk membuktikannya. Kedelai impor yang diindikasikan menyebabkan kanker serviks, terjadinya ini tentu membutuhkan penanganan yang serius,” tegasnya.

Politisi senior partai PKB ini mengungkapkan, jika terbukti bahwa kedelai impor Berpotensi Sebabkan kanker serviks, harus melibatkan berbagai pihak yang berwenang, jadi tidak hanya dari aspek medis. Impor kedelai itu kan dari dulu juga sudah mendapat banyak sorotan.

“Kenapa kemudian kita tidak mengintensifkan dan mengoptimalkan budidaya kedelai di negeri sendiri, hanya karena  pemerintah tidak memberikan perhatian khusus untuk perkembangannya, sehingga akhirnya ya lama-lama petani juga berpikir ulang untuk menanam kedelai,” sambungnya.

Wanita cantik berhijab ini menambahkan, terkait informasi kedelai dari Australia yang sebenarnya jauh lebih berkualitas, jauh lebih murah, tetapi ketika hendak diimpor, pemerintah membebani pajak 20 persen, sementara kedelai impor dari Amerika Serikat bebas pajak.

“Ada pembeda seperti itu,  kalau itu benar ini juga menjadi bagian dari indikasi persoalan regulasi. Kedelai yang di bawah standar yang seharusnya tidak bisa dikonsumsi manusia, kemudian bebas masuk dengan perlakuan atau deregulasi yang khusus. Tentu ini kan harus dipertanyakan. Jangan-jangan memang ada permainan di belakang, jadi menurut saya harus di usut sampai tuntas, terutama karena ada indikasi membahayakan, ya harus ditarik dari pasaran, dikaji ulang, kemudian dipercepat lagi proses-proses hukumnya,” pungkasnya.(Yul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *