SURABAYA, hks-news.com|
Anggota DPRD provinsi Jatim Dr drs Agus Dono Wibawanto MHum mengungkapkan keprihatinannya terkait harga kebutuhan pokok yang kian meninggi dan meresahkan masyarakat.
Bukan hanya harga telur dan ayam, namun semua kebutuhan pokok sehari-hari kian melambung. Padahal di masa krisis global seperti ini, kondisi ekonomi masyarakat sangat memprihatikan, harusnya pemerintah bisa memberikan perhatian dan mengontrol agar stabilitas harga bisa menjangkau masyarakat.
“Harga pangan sekarang semakin menakutkan. Kasihan masyarakat. Jangankan yang berpenghasilan rendah, masyarakat yang berpenghasilan tinggi saja mengeluh. Mulai harga beras, telur, ayam, bumbu-bumbu semua pada naik. Bagaimana pemerintah kok melakukan pembiaran terhadap nasib masyarakat?,” keluhnya.
Pria berparas tampan yang selalu energik ini menuturkan, harga telur dan ayam mengalami kenaikan yang dahsyat dikarenakan segala kebutuhan pangannya, dikuasai oleh dunia industri. Dan payahnya, pemerintah tidak pernah berusaha melakukan intervensi kepada dunia perindustrian.
“Semua yang terkait dengan pangan, kecuali beras, dikuasai oleh pabrikan besar. Pertanyaannya kenapa? Karena pemerintah tidak memiliki inisiatif untuk menguasai. Dari hulu hingga hilirnya dikuasai oleh industrinya. Mulai pakan, hingga distribusi dikuasai oleh pengusaha,” tukasnya.
Wakil ketua DPD partai Demokrat Jatim ini menyebutkan, para pengusaha ketika ditanyakan kenapa harga telur dan ayam jadi sangat mahal. Alasan klise banget, karena bahan bakunya dari impor.
“Padahal kita bisa membuat pangan ayam dari bahan baku yang dihasilkan oleh pertanian kita. Kita banyak memiliki orang-orang hebat, universitas hebat, jadi aneh kalau kemudian ada statement harga makanan ternak diimpor. Itulah ketidakpedulian Pemerintah. Semua impor, impor. Seolah kita ini negara yang tidak punya orang-orang pinter,” tegas anggota komisi B DPRD provinsi Jatim ini.
Menurut mantan pengusaha SPBU ini pemerintah tidak pernah mau mengontrol sektor industri pakan, sehingga timbul monopoli, dari mulai penyediaan calon ayam, sampai ayam potong dan telur, semua dikuasai pabrikan besar, dan keuntungan diambil industri semuanya.
“Penetrasi harga pakan kalau harga pasaran sudah tinggi pasti industri ternak telur ini akan menaikkan harga, karena enggak dikontrol oleh pemerintah jadi kesannya pemerintah melakukan pembiaran pada kepentingan industriawan. Kenapa semua pada diam, padahal masyarakat menangis, masyarakat sengsara dengan permainan pengusaha ini. Dimana peran pemerintah?,” cetusnya.
Di Indonesia ini, pemerintah menyumbang kekayaan yang sangat besar ke para pengusaha. Penguasaan industri ini menjadi lahan yang empuk, masyarakat sedikitpun tidak diberi ruang untuk memainkan peran.
“Kartel bisa mempermainkan harga. Pemerintah tidak pernah berani mengambil sikap tegas terhadap mereka, tapi kalau ada urusan beras yang notabene dikerjakan oleh petani, pemerintah sibuk memonitor, mengawasi, menekan, karena semua dikendalikan oleh pemerintah. Padahal masalah pertanian masih berkutat dengan pupuk yang tidak terselesaikan hingga saat ini,” pungkasnya.(Yul)