SURABAYA, hks-news.com| Beberapa waktu lalu warganet sempat dihebohkan dengan kabar kematian bayi di Gresik, Jawa Timur, yang terjadi secara mendadak. Diduga, bayi itu meninggal karena kaget mendengar kerasnya suara ledakan petasan hingga mengalami kejang dan sesak napas.


Menanggapi hal tersebut, Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), Neurinda Permata Kusumastuti dr SpA(K) turut angkat bicara. Ia mengatakan bahwa bunyi petasan yang memiliki frekuensi tinggi dapat mengganggu pendengaran bayi. Kendati begitu, kejadian bayi meninggal sebab mendengar suara ledakan petasan merupakan suatu kondisi yang belum pernah ia temui.


“Bunyi petasan itu memang mengganggu, ya, karena dia memiliki frekuensinya yang tinggi. Mungkin kalau mengganggu telinga bisa saja, tapi kalau sampai menyebabkan meninggal, saya belum pernah menemui dan membaca kasus semacam itu sebelumnya,” tuturnya pada Kamis (11/5/2023).


Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
Neurinda menjelaskan, kemungkinan bayi meninggal secara mendadak bisa terjadi karena sudden infant death syndrome (SIDS). SIDS merupakan suatu kondisi di mana bayi meninggal secara tiba-tiba, khususnya saat sedang tidur. Meski begitu, kejadian bayi meninggal mendadak dalam kondisi sadar juga mungkin saja terjadi.


“Yang bisa menyebabkan bayi meninggal mendadak itu salah satunya sudden infant death syndrome (SIDS), yaitu kondisi bayi yang mendadak meninggal saat bayi itu sedang tertidur. Tapi bisa juga sebenarnya bayi itu meninggal pada saat tidak sedang tidur, tetapi sebagian besar orang tua menemukan bayi itu meninggal pada saat bayi itu sedang tidur,” ungkap Neurinda.


Hal itu, terjadi karena beberapa faktor pemicu, misalnya saja posisi tidur bayi. Ketika bayi tertidur dengan posisi tengkurap dan wajahnya tertutup sehingga sulit bernapas, maka hal tersebut memungkinkan untuk terjadi SIDS.
Di samping itu, kondisi bawaan bayi juga bisa memicu terjadinya SIDS. Bayi yang memiliki berat badan cenderung tidak normal akan lebih rentan mengalami gangguan kesehatan. Misalnya, saat cuaca dingin, bayi dengan kondisi prematur akan lebih mudah mengalami penurunan suhu tubuh yang bisa berdampak pada henti jantung secara mendadak.


“Atau misalnya kondisi bayi prematur. Walaupun dia sudah berusia di atas satu bulan, tetapi karena berat badannya yang kecil, dia kalau terkena cuaca yang dingin bisa dengan mudah mengalami penurunan suhu. Akibat fatalnya adalah jantung berhenti secara mendadak,” jelas Neurinda.


“Tapi sebenarnya itu pun jarang terjadi. Memang ada pada beberapa anak yang memiliki gangguan irama jantung sejak lahir, tapi itu sangat jarang sekali terjadi,” imbuhnya.


Pencegahan
Lebih lanjut, Neurinda memberikan beberapa penjelasan untuk mengantisipasi dan mencegah kemungkinan terjadinya SIDS pada bayi. Ia menyebut, bayi perlu berada dalam kondisi lingkungan yang baik dan seimbang. Orang tua perlu memperhatikan intensitas keramaian lingkungan sekitar bayi.


“Jadi, dalam kondisi rumah seperti apa yang cocok untuk bayi? Sebenarnya, ya, biasa saja. Bayi itu kan juga membutuhkan rangsangan. Jadi juga jangan terlalu ramai karena akan mengganggu pendengarannya. Tapi di sisi lain, kalau sepi sama sekali, ya, akhirnya tidak ada rangsangan sehingga akan mengganggu pertumbuhan bayi juga,” terang Sekretaris Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK Unair itu.


Kemudian, Neurinda juga mengimbau para orang tua untuk selalu melakukan pengawasan terhadap bayi. Khususnya saat sedang tidur, orang tua harus menempatkan bayi pada posisi terbaik. Selain itu, pengaturan suhu ruang bagi bayi juga sangat penting karena hal tersebut akan berpengaruh pada kesehatan.


“Untuk tahun-tahun pertama, memang bayi itu sebaiknya tidur dengan posisi terlentang karena posisi itu yang membuat jalan napasnya lebih terbuka. Kemudian, jangan berikan selimut yang sampai menutupi muka bayi,” ucapnya.


“Lalu, mengatur suhu ruangan yang pas dan nyaman bagi bayi juga sangat penting. Bayi itu, kan, kulitnya tipis. Kalau kepanasan bisa dehidrasi, kalau kedinginan bisa sampai mengakibatkan gangguan fungsi jantung. Jadi, lebih berhati-hati,” tandasnya.


Pada akhir, Neurinda mengimbau para orang tua untuk melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap gangguan kesehatan yang mungkin dialami bayi. Asupan gizi optimal dan imunisasi penting dilakukan secara rutin untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga tidak lagi rentan mengalami gangguan kesehatan. (Yul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *